MAKALAH OBAT ANTIBIOTIKA

MAKALAH OBAT ANTIBIOTIKA - Hallo sahabat CONDENPE, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul MAKALAH OBAT ANTIBIOTIKA , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : MAKALAH OBAT ANTIBIOTIKA
link : MAKALAH OBAT ANTIBIOTIKA

Kamu Bisa Download File MAKALAH OBAT ANTIBIOTIKA di bawah ini !

Baca juga


MAKALAH OBAT ANTIBIOTIKA



Tugas individu
Nama Dosen :  Drs. H.M Syaharuddin,Apt

OBAT ANTIBIOTIKA
AKBID PARAMATA.JPG
Oleh:
NAMA        : FENTI VERA AGUSTINA
NIM            :PSW.B.2014.IB.0005








YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2015/2016

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul OBAT ANTIBIOTIKA” Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi dan pembelajaran kepada kita semua. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamuallaikum. Wr. Wb.



Raha, Desember 2015
    
                              

  Penulis          










                                                  DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….                        i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..         ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………          iii
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah………………………………………………………         1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………………….      2
C.     Tujuan……………………………………………………………………………     2         
BAB II : PEMBAHASAN
A.    Definisi dari  Antibiotika ………………………………………………………………
B.     Jenis penggolongan antibiotik……………………………………………………………
C.     Pemilihan Antibiotik Yang Aman Untuk Ibu Hamil…………………………………….
BAB III :PENUTUP
A.    Kesimpulan …………………………………………………………………………….
B.     Saran……………………………………………………………………........................
                                               
DAFTAR PUSTAKA














BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenumsyn. P. Notatum. Dengan penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan karena dapat meningkatkan angka kesembuhan yang sangat bermakna. Kemudian terjadilah penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Masalah baru muncul ketika mulai dilaporkannya resistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik yang besar-besaran.
Hal ini tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan mengetahui penggunaan antibiotik yang tepat. Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai kemampuan dalam membunuh mikroba. Dimulai dengan mengetahui jenis-jenis dari antibiotik dilanjutkan mengetahui mekanisme dan farmakologi dari obat-obat antibiotik tersebut dan terakhir dapat mengetahui indikasi yang tepat dari obat antibiotik tersebut. Semua ini bertujuan akhir untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik yang tepat dan efektif dalam mengobati sebuah penyakit sekaligus dapat mengurangi tingkat resistensi   

B.     Rumusan Masalah

1)      Apakah Definisi dari  Antibiotika ?
2)      Sebutkan jenis Pengolongan Antibiotik ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui Definisi dari  Antibiotika.
2.      Untuk mengetahui jenis Pengolongan Antibiotik.
3.      Untuk mengetahui jenis Pemilihan Antibiotik Yang Aman Untuk Ibu Hamil.




                                                                        BAB II
PEMBAHASAN

Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu Anti (melawan) dan Biotikos (cocok untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk menggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Namun istilah ini kemudian digeser dengan ditemukannya obat antibiotik sintetis.
Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk didalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll. Antibiotik berbeda dengan istilah disinfectant karena desifektant membunuh kuman dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dariantibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dan dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang.
      Prinsip Penggunaan Antibiotik:
a.       Berdasarkan penyebab infeksi: Dari hasil pemeriksaan mikrobiologis, pemberian antibiotika tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educate guess.
b.      Berdasarkan faktor pasien: Fungsi ginjal dan hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap  infeksi, daya tahan terhadap obat, usia, wanita hamil dan menyusui.
B.     Pengolongan Antibiotik
   1.    Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jenis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzil penisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasal dari sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
            Penisilin terdiri dari :
A. Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
1)   Benzil Penisilin
    · Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
          · Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
          · Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,   angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2)   Fenoksimetil Penisilin
          · Indikasi: tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksis infeksi pneumokokus.
B. Pensilin Tahan Penisilinase
1)  Kloksasilin
· Indikasi: infeksi karena stapilokokus yang memproduksi  pensilinase.
· Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS, riwayat infeksi.
·   Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. tetapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
          ·   Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
    Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leuk opoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2)   Flukoksasilin
    · Indikasi  :infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
          · Peringatan :gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
          · Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
    · Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
    · Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
      3)  pensilin Spectrum Luas
 Ø  Ampisilin
     Ibu hamil:          Kategori B
           Ibu menyusui:    Kategori A
     ·  Indikasi: Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
     ·  Peringatan: Riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
     ·  Interaksi: Obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Absorbsi sebagian besar dipengaruhi oleh makanan. Pengobatan lebih baik diberikan pada saat lambung kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
           ·  Kontraindikasi: Hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
     ·  Efek samping: Reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
           ·  Pengaturan dosis Oral: 250-500 mg tiap 6 jam, diberikan 30 menit sebelum makan. Infeksi saluran kemih: 500 mg tiap 8 jam. Injeksi intramuskuler, intravena atau infus: 500 mg tiap 4-6 jam. Anak di bawah 10 tahun: setengah dosis dewasa.
     ·  Sediaan Ampisilin (generik): kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 500mg, 1g.
Ampicillin: kapsul 250mg, 500mg; tablet 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml
250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g, 2g.
Ampi: kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5 ml.
Ø        Amoksisilin
           Ibu Hamil        : Ketegori B
     Ibu Menyusui  : Kategori A
           ·  Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
           ·  Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
     ·  Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
           ·  Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
     ·  Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
           ·  Pengaturan Dosis:
        Dewasa:     1x 500mg tablet tiap 12 jam atau 250mg tablet tiap 8 jam.
Suspensi: dewasa, untuk yang sulit menelan, 125mg/5ml atau 250mg/5ml suspensi menggantikan tablet 500mg.
        Anak
Kurang dari 3 bulan: 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam didasarkan pada komponen amoksisilin. Dianjurkan menggunakan suspensi 125 mg/5ml 3 bulan atau lebih : didasarkan pada komponen amoksisilin. Jangan menggunakan tablet 250mg jika berat<40kg.
 40kg atau lebih: sesuai dosis dewasa Amoksisilin dapat diminum dengan atau tanpa  makanan. Neonatus dan bayi 12 minggu (3 bulan) atau lebih muda: karena fungsi ginjal yang belum optimal mempengaruhi eliminasi amoksisilin, dosis paling tinggi yang dijinkan adalah 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam.
   ·  Sediaan Amoksisilin (generik): kaplet 500mg; kapsul 250mg; sirup kering  125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g.
               Amoksan: drops 125mg/1,25 ml; kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g.
               Kalmox: kapsul 500mg; sirup kering 125mg/5ml.
C. Penisilin Anti Pseudomona
 1)       Tikarsilin      
              Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.
       2)    Piperasilin
              Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
 3)    Sulbenisilin
        Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
      2.   Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram negative. Gentamisin, Amikasin dan kanamisin  juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa.
Streptomisin aktif terhadap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hampir terbatas untuk tuber kalosa.
    1)    Gentamisin
·  Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pada miningitis karena listeria.
      ·  Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
·  Efek samping: nefrotoksisitas yang biasanya terjadi pada orang tua atau pasien gangguan fungsi ginjal. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal maka interval pemberian harus diperpanjang.
·    Mekanisme kerja obat: Aminoglikosida bersifat bakterisidal dan digunakan terutama pada infeksi bakteri gram positif dan negatif. Aktivitas bakterisid melalui penghambatan sintesis protein bakteri.
      ·    Pengaturan dosis Gentamisin: Dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi ginjal normal 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.
    Anak-anak                          :        6-7,5 mg/kg/hari (2-2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Infant dan neonatus            :        7,5 mg/kg/hari (2,5 mg/kg setiap 8 jam)
    Neonatus umur < 1 minggu :        5 mg/kg hari (2,5 mg setiap 12 jam).
    Durasi terapi   : biasanya 7-10 hari. Dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi   ginjal normal 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.
·   Sediaan Gentamisin (generik):cairan injeksi 10 mg/ml;40 mg/ml (K)
Garamycin®: cairan injeksi 20 mg/ml; 40 mg/ml; 60 mg/ml; 80 mg/ml (K)
·    Perhatian: gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut (sesuaikan dosis, awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang. Aminoglikosida dapat menembus sawar plasenta, sehingga pemberian pada wanita hamil sedapat mungkin dihindari (Kategori C). Apabila bila menyusui ekresi gentamisin dalam ASI sangat minimal (Kategori A).
2)      Amikasin
      Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
3)      Kanamisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin
                    
        3.    Makrolida
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
   1)      Eritromisin               
         ·    Indikasi: sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difteri dan pertusis.
         ·    Kontraindikasi: penyakit hati.
         ·    Efek samping: Mual, muntah, dan diare.Untuk infeksi ringan efek samping ini dapat dihindarkan dengan pemberian dosis rendah.
         ·    Mekanisme kerja obat: Antibiotik golongan makrolida terikat secara reversible pada sisi P ribosom subunit 50s dari bakteri dan dapat menghambat RNA-dependent protein synthesis dengan cara merangsang pemutusan peptidyl t-RNA dari ribosom. Antibiotik ini dapat bersifat bakteriostatik maupun bakterisid, tergantung faktor konsentrasi obat.
         ·    Interaksi obat / Makanan : Jika diberikan bersamaan dengan antasida, konstanta kecepatan      eliminasi eritromisin dapat turun, dan berikan 2 jam sebelum atau sesudah makan. Eritromisin estolat dan etilsuksinat, dan eritromisin base dalam bentuk tablet lepas lambat tidak dipengaruhi oleh makanan.
         ·    Pengaturan dosis: Oral : Dewasa dan Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1 g tiap 12 jam. Anak sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam.
  Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg/hari secara infus  kontinyu atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg/hari bila pemberian per oral tidak memungkinkan.
         ·      Sediaan Erybiotic : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop.
  Erysanbe : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop kering; 200 mg/tablet kunyah.
  Erythrocin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 250 mg/5 ml sirop; 200 mg/tablet; 100 mg/2,5 ml sirop tetes.
         ·     Perhatian Kehamilan: eritromisin dapat melewati plasenta tetapi menghasilkan kadar yang rendah dalam jaringan. Gunakan jika hanya benar-benar perlu (Kategori B).
  Menyusui: eritromisin diekskresikan melalui ASI. Meskipun demikian, belum  ditemukan adanya efek samping pada bayi (Kategori A).
   2)     Azitromisin
   Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa kompliasi.
   3)      Klaritromisin
         Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak; terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak
   4)      Spiramisin

        4.    Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
    1)      Sefadroksil
          ·   Indikasi: infeksi baktri gram (+) dan (-)
          ·   Kontra indikasi: hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
            ·   Interaksi: sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
    ·    Efek samping: diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
    2)      Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
    3)      Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
    4)      Sefuroksim
     Indikasi : profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae.
    5)      Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.

 5.    Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas :
    1)      Tetrasiklin.
     ·    Indikasi: akne vulgaris, eksaserbasi bronkitis kronis, klamidia, mikoplasma dan riketsia,    efusi pleura karena keganasan atau sirosis.
          ·        Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap golongan tetrasiklin.
     ·   Mekanisme kerja obat: tetrasiklin merupakan bakteriostatik yang bekerja dengan mempengaruhi sintesis protein pada tingkat ribosom. Antibiotik ini berikatan secara reversible dengan ribosom subunit 30s dari bakteri, mencegah terjadinya ikatan aminoacyl transfer RNA dan menghambat sintesis protein, serta perkembangan sel. Golongan tetracycline mempunyai aktivitas luas terhadap bakteri gram positif dan negatif.
     ·        Efek samping: Mual, muntah, diare, eritema (hentikan pengobatan), sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat merupakan petunjuk peningkatan intrakranial, hepatotoksisitas, pankreatitis dan kolitis.
     ·      Interaksi obat / makanan: Jika diberikan bersama antasida, garam besi, maka absorpsi dan kadar serum tetrasiklin turun. Pengatasan: tetrasiklin diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah antasida.
Jika diberikan bersama kontrasepsi oral maka tetrasiklin mempengaruhi resirkulasi enterohepatik kontrasepsi steroid, sehingga menurunkan efeknya.
      Jika diminum menggunakan susu, maka tetrasiklin akan membentuk khelat yang sulit diabsorpsi.
·    Pengaturan dosis: Oral : 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi berat dapat ditingkatkan sampai 500 mg tiap 6-8 jam.
    Sifilis primer, sekunder dan laten: 500 mg tiap 6-8 jam selama 15 hari.
      Uretritis non gonokokus: 500 mg tiap 6 jam selama 7-14 hari (21 hari bila pengobatan pertama gagal atau bila kambuh).
      Injeksi intra vena: 500 mg tiap 12 jam, maksimum 2 g perhari.
·       Sediaan: Bufacyn : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul; 125 mg/5 ml sirop.
     Conmycin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
           Erlacylin : 30 mg/g salep, 1 % salep mata.
     Hufacyclin : 250 mg/kapsul; 250 mg/5 ml sirop.
     Megacycline : 250 mg/tablet.
     Sakacyclin : 250 mg/kapsul.
          Super Tetra : 250 mg/kapsul lunak.
    Tetradex : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
·   Perhatian:
    Kehamilan: golongan tetrasiklin dapat melewati plasenta dan ditemukan  dalam jaringan fetus. Dapat terjadi efek toksis pada fetus yang berupa retardasi perkembangan tulang (Kategori D).
    Menyusui: tetrasiklin dapat diekskresikan melalui air susu ibu.
     Penggunaan antibiotik golongan tetrasiklin selama masa pertumbuhan gigi (dari akhir masa kehamilan sampai anak usia 8 tahun) dapat menyebabkan perubahan warna gigi (kuning, abu-abu, coklat) yang bersifat permanen.
          Antibiotik golongan tetrasiklin membentuk kompleks kalsium yang stabil pada jaringan pembentuk tulang. 
    2)     Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
    3)      Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)
    4)      Oksitetrasiklin
 Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
 Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
 Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).

Antibiotika banyak digunakan secara luas pada kehamilan. Karena adanya efek samping yang potensial bagi ibu maupun janinnya, penggunaan antibiotika seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang jelas. Prinsip utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alasan inilah prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan janinnya.
Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin dan sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan, karena pemberian sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan risiko malformasi pada janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin, risiko tersebut rendah dan kadang-kadang setiap risiko pada janin harus dipertimbangkan terhadap keseriusan infeksi pada ibu. Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini terjadi karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya melalui plasenta. Antibiotika yang demikian itu disebut teratogen suatu obat atau zat yang menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal. Pada manusia, periode terjadinya teratogenesis adalah mulai hari ke 17 sampai hari ke 54 post konsepsi. Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika dipengaruhi oleh :
a.       Besarnya dosis yang diberikan.
b.      Lama dan saat pemberian.
c.       Sifat genetik ibu dan janin.
d.      Jenis antibiotik.
e.       Trimester kehamilan.
Durasi penggunaan obat merupakan faktor penting untuk diingat. Penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kecacatan pada janin dan dalam kasus yang lebih buruk bisa menyebabkan keguguran. Pasalnya, beberapa jenis antibiotik lebih aman digunakan pada trimester tertentu.
Untuk keadaan hamil, apalagi masih dalam trimester ketiga, pemberian antibiotik bisa sangat membahayakan janin, karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual, muntah, pusing dan gangguan sistem pencernaan. Efek-efek samping yang ditimbulkan juga akan menekan kehamilan. Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem kelenjar / cairan, seperti liur, kelenjar getah bening, cairan otak dan ASI. Jika pada masa menyusui minum antibiotik, maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI bercampur obat.
Namun bukan berarti ibu hamil dan menyusui tidak boleh minum obat antibiotik, harus hati-hati dan perhatikan petunjuk dokter tentang cara pemakaiannya.
Penisilin merupakan obat-obatan yang paling umum digunakan selama kehamilan. Antibiotik ini dipasarkan dengan beberapa nama seperti cephradine, cefalexin, cefuroxime, cefaclor, dan lain-lain. Obat yang umum digunakan ini mengandung cloxacillin, amxycillin, dan methicillin. Obat-obatan ini dinyatakan aman selama kehamilan.

Ø  Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan  selama kehamilan:
1)      Amoxicillin
2)      Ampicillin
3)      Clindamycin
      4)      Erythromycin
5)      Penicillin
Berdasarkan indeks keamanan obat pada kehamilan menurut United States Food and Drug Administration (US FDA), klasifikasi obat berdasarkan tingkat keamanan penggunaannya selama kehamilan  dibagi dalam lima kategori. Lima kategori tersebut terdiri dari A, B, C, D, dan X, dengan urutan yang paling aman hingga paling berbahaya.
Pada ibu hamil, penggunaan antibiotik dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1)      Antibiotik yang dianggap aman
2)      Atibiotik yang harus diberikan secara hati-hati
3)      Antibiotik yang merupakan kontraindikasi
      1. Antibiotik yang dianggap aman
Kenyataannya amat jarang obat yang termasuk kategori A, bahkan vitamin pun tergolong kategori B. Beberapa golongan antibiotik kategori A:
    1)      Golongan Penisilin dengan ikatan protein rendah mampu melintasi plasenta dengan mudah dan dianggap aman untuk digunakan namun beberapa golongan Metiltetrazoletiol harus digunakan lebih hati-hati.
         2)      Golongan Makrolid tidak menunjukkan efek samping yang berbahaya untuk janin, tetapi tetap diperhatikan kontraindikasi pada kehamilan.
         3)      Golongan Nitrofurantion dan metronidazol juga dapat dianggap aman.
                    
      2. Antibiotik yang harus digunakaan hati-hati
Obat yang termasuk kelompok ini hanya boleh digunakan dalam kondisi tertentu yang sangat diperlukan. Golongan antibiotik B diantaranya adalah Fluorokuinolon, Kontrimoksazol, dan Kloramfenikol. Pada Kloramfenikol sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan, kecuali bila obat lain yang lebih aman tidak bisa digunakan. 
     3. Antibiotik yang merupakan kontraindikasi
Antibiotik yang termasuk dalam golongan C adalah Tetrasiklin dan Aminoglikosida. Tetrasiklin bila diberikan pada periode perkembangan tulang dan gigi (bulan keempat dan kelima gestasi) menimbulkan yellow dyscoloration yang akan mempengaruhi gigi dan tulang yang sedang dibentuk.  Sedangkan Aminoglikosida harus digunakan secara hati-hati pada trimester kedua.
Adapun beberapa golongan antibiotic yang memerlukan perhatian khusus bagi ibu hamil adalah:
   1)   Golongan Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-nya), seperti amikacin sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate, gentamycin sulfate, kanamycin sulfate, dan netilmicin sulfate.
   2)    Golongan Sefalosporin, seperti : cefuroxime acetyl, cefotiam diHCl, cefotaxime Na, cefoperazone Na, ceftriaxone Na, cefazolin Na, cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya, cephadrine, dan ceftizoxime Na.
   3)     Golongan Chloramfenicol, seperti : chloramfenicol, dan thiamfenicol.
   4)      Golongan Makrolid, seperti : clarithomycin, roxirhromycin, erythromycin, spiramycin, dan azithromycin.
  5)      Golongan Penicillin, seperti : amoxicillin, turunan tridydrate dan turunan garamnya.
  6)      Golongan Kuinolon, seperti : ciprofloxacin dan turunan garam HCl-nya, ofloxacin, sparfloxacin dan norfloxacin.
  7)      Golongan Tetracyclin, seperti : doxycycline, tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil), dan oxytetracylin (tidak boleh untuk wanita hamil).
   Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat pada ibu hamil adalah:
   1)      Keamanan : meski ada obat lain yang efektivitasnya lebih baik, tapi jika keamanannya  bagi ibu hamil belum diketahui, lebih baik tidak diberikan.
  2)      Dosis : pada awalnya pemberian obat harus dalam dosis rendah. Jika perlu, penambahan dosis diberikan sedikit demi sedikit sampai tercapai efek terapi yang diinginkan.
  3)      Durasi pemberian : jika tidak diperlukan sekali, pemberian obat tidak boleh terlalu lama. Sampai akhirnya, pemberian bermacam obat sedapat mungkin dihindari demi keselamatan ibu dan bayinya.
  4)      Jenis dan cara kerja obat sebagai bahan pertimbangan sebelum diberikan kepada ibu hamil.




















BAB III
PENUTUP



A. Kesimpulan
Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai kemampuan dalam membunuh mikroba.
Penisilin merupakan obat-obatan yang paling umum digunakan selama kehamilan. Antibiotik ini dipasarkan dengan beberapa nama seperti cephradine, cefalexin, cefuroxime, cefaclor, dan lain-lain. Obat yang umum digunakan ini mengandung cloxacillin, amxycillin, dan methicillin. Obat-obatan ini dinyatakan aman selama kehamilan.
Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan selama kehamilan:
1)   Amoxicillin                 
2)   Ampicillin
3)   Clindamycin
4)   Erythromycin
5)   Penicillin

B. Saran
 Agar setiap mahasiswa kebidanan memahami pengertian, macam – macam, kegunaan, interaksi obat dan efek samping dari suatu jenis obat terutama pada obat antibiotic dan jamur ini, serta dapat dimanfaat kan dalam kehidupan sehari-hari.







DAFTAR PUSTAKA


Sue jordan . 2002 . Farmakologi kebidanan.  Jakarta. EG
ISFI.2005.ISO Indonesia.PT Anem kosong. Jakarta
Sue jordan . 2002 . Farmakologi kebidanan.  Jakarta. EGC
ISFI.2005.ISO Indonesia.PT Anem kosong. Jakarta
Sue jordan . 2002 . Farmakologi kebidanan.  Jakarta. EGC
ISFI.2005.ISO Indonesia.PT Anem kosong. Jakarta











Demikianlah Artikel MAKALAH OBAT ANTIBIOTIKA

Sekianlah artikel MAKALAH OBAT ANTIBIOTIKA kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel MAKALAH OBAT ANTIBIOTIKA dengan alamat link https://contoh-definisi-pengertian.blogspot.com/2016/01/makalah-obat-antibiotika.html