Judul : ANEMIA
link : ANEMIA
ANEMIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Annelida adalah cacing protostome dengan tiga lapisan sel, saluran cerna dengan mulut dan anus, sebuah dinding tubuh dengan otot membujur dan melingkar.Rongga tubuh coelomic terbentuk karena pemisahan mesoderm embrio. Epidermis luar diselubungi oleh kulit ari tipis, sejenis bulu-bulu chitinous (‘chaetae atau setae’).Segmentasi metamerik,yang selalu ditunjukkan dalam muskular dan sistem saraf adalah karakteristik yang jelas.Sistem saraf memiliki ganglion supraoesophaegal (kelompok tubuh utama sel saraf) yang disebut otak meskipun lebih banyak daripada sensor penyampai pesan, dan kawat saraf ventral yang yang menuju segmen ganglia memberikan segmen saraf.Terdapat sistem darah tertutup dengan darah yang bergerak menuju pembuluh membujur dorsal. Pembuluh segmen antara coelom dan luar digunakan untuk sekresi dan reproduksi.
Cacing anelida adalah hewan berongga dengan segmen metamerik. Coelom anelid dipenuhi cairan pengisi rongga tubuh disekitar mesoderm, yang menyediakan kerangka hidrostatis yang efisien. Metameris adalah rangkaian repetisi dari bagian yang sama di sepanjang tubuh hewan, yang dimuat oleh pemisahan primer mesoderm menjadi blok segmen otot. Pada anelida terdapat sekat dalam (septa) antar segmen. Coelom dan metemeris meningkatkan efektifitas kontraksi otot sehingga pergerakan aktif dapat lebih cepat daripada hewan acoelomate. Pada waktu yang sama, kelanjutannya memberikan kerumitan yaitu ketika coelom luas terpisah dari jaringan luar dan dalam, sistem transport diperlukan dan organ ekskresi dan respirasi mungkin perlu berkembang. Kerumitan ini kemudian menyebabkan perbedaan struktural dan peningkatan ukuran.
Sebanyak 15000 spesies cacing anelida yang diketahui hidup di laut, merayap dibawah bebatuan pantai dan di dasar laut, berenang bebas atau mencari perlindungan dari predator dalam lubang atau tabung. Penyebaran anelida di air tawar dan daerah terrestrial hanya sedikit, kecuali cacing tanah, yang bertahan dengan sukses, dan lintah yang menyebar luas. Panjang anelida mulai dari 1 mm diantara butiran pasir sampai 3 m di beberapa cacing tanah Australia.
1.2 RumusanMasalah
Rumusanmasalah yang dikemukakandalammakalahiniantara lain:
1. Apakahitu Annelida?
2. Bagaimanakarakteristikhewan yang termasukkedalamdarifilum Annelida?
3. Kelasapasaja yang termasukfilum Annelida?
4. Apasajaperbedaan yang terdapatpadasetiapkelas Annelida?
5. Bagaimanasistemreproduksi, sistempernafasan, sistemekskresi, system respirasi, sistempencernaan, sistemgerakdansistemsarafpada Annelida?
6. BagaimanakarakteristikdariFilum PlatyhelminthesdanAcoelomorpha?
7. Klasifikasifilum PlatyhelminthesdanAcoelomorpha?
8. Bagaimanadaurhidupkelas yang terdapatpadafilum PlatyhelminthesdanAcoelomorpha?
9. Apaperanan Platyhelminthes dalamkehidupanmanusia?
1.3 Tujuan
Tujuandaripenulisanmakalahiniantara lain:
1. Untuk mengetahuidanmemahamibagaimanakarakteristikumum Annelida
2. Untukmengetahuidanmemahamiperbedaanpadasetiapkelas Annelida
3. Untukmengetahuidanmemahamibagaimanasistemreproduksi, sistempernafasan, sistemekskresi, system respirasi, sistempencernaan, sistemgerakdansistemsarafpada Annelida
4. Mengetahuidanmemahamilebihjauhtentangfilum PlatyhelminthesdanAcoelomorphadanperanannyadalamkehidupanmanusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 PengertiandanKarakteristikAnnelida
Annelida berasal dari bahasa latin: annulus = cincin/gelang, maka sering juga disebut cacing gelang karena tubuhnya tersusun atas segmen yang menyerupai cincin atau gelang. Annelida merupakanbinatangtriploblastikselomata, tubuhnyabersegmen.Setiapsegmendibatasiolehsekat (septum).
Sudahmemilikisistemsyaraf, pencernaan, ekskresi, reproduksidansistempembuluh.Hidup di air tawar, lautdaratatauparasit.Annelida adalah cacing protostome dengan tiga lapisan sel, saluran cerna dengan mulut dan anus, sebuah dinding tubuh dengan otot membujur dan melingkar. Annelida memilikipanjangtubuhsekitar 1mm sampai 3 m, tubuhnyasimetri bilateral, berbentuksepertigelang ('anellus' = cincin), memilikialatgerakberupabulu-bulukakupadasetiapsegmendanmemilikisistemperedarandarahtertutupsertatubuhtertutupiolehkutikula yang licin yang terletakdiatasephitelium.
Rongga tubuh coelomic terbentuk karena pemisahan mesoderm embrio. Epidermis luar diselubungi oleh kulit ari tipis, sejenis bulu-bulu chitinous (‘chaetae atau setae’).Segmentasi metamerik,yang selalu ditunjukkan dalam muskular dan sistem saraf adalah karakteristik yang jelas.Sistem saraf memiliki ganglion supraoesophaegal (kelompok tubuh utama sel saraf) yang disebut otak meskipun lebih banyak daripada sensor penyampai pesan, dan kawat saraf ventral yang menuju segmen ganglia memberikan segmen saraf.Terdapat sistem darah tertutup dengan darah yang bergerak menuju pembuluh membujur dorsal.Pembuluh segmen antara coelom dan luar digunakan untuk sekresi dan reproduksi
2.1.2 Kelas dari Filum Annelida
Filum Annelida terdiri dari tiga kelas yaitu
1. Polychaeta
Polychaeta (dalambahasayunani, poly = banyak, chaetae = rambutkaku). Tubuhnyadibedakanmenjadidaerahkepala (prostomium) denganmata,antena, dan sensor palpus. Tubuhmemanjangdanmempunyaisegmen. Merekamemilikisepasangstruktursepertidayung yang disebutparapodia (tunggal = parapodium) padasetiapsegmentubuhnyakecualipadasegmenterakhir.Fungsiparapodiaadalahsebagaialatgerakdanmengandungpembuluhdarahhalussehinggadapatberfungsijugasepertiinsanguntukbernapas. Setiapparapodiummemilikirambutkaku yang disebut seta yang tersusundarikitin.Polychaetahidupdalampasirataumenggalibatu-batuan di daerahpasangsurut air laut. Contohcacinginiadalah : |
| 1) Eunice viridis (cacingwawo) 2) Lysidiceoele (cacingpalolo) 3) Nereisvirens (kelabanglaut) |
Gambar a. Gambar b
2. Oligochaeta
Oligochaetadalambahasayunaniberasaldaridua kata yaituoligo = sedikitdanchaetae = rambutkaku. Oligochaetamerupakanannelida air tawar atau terrestial umumnya, tanpa parapodia dan beberapa chaetae tanpa sendi. Cara makannya bersifat suctorial yaitu tidak memiliki rahang. Oligochaetes dikenali dengan ‘clitellum’ berbentuk tongkat, epiderm kental yang mengeluarkan kepompong.Contohnya :
· Lumbricusterrestris(cacingtanah – EropadanAmerika)
· Perichaeta(cacinghutan)
· Tubifex(cacing air)
· Pheretimaposthurna(cacingtanah – Asia)
Gambar c. Gambar d
3. Hirudina (lintah).
Hirudinamerupakankelas annelida dengan jenis yang paling sedikit.Merekamemilikiciri –cirri antara lain: tidak memiliki parapodium maupun seta pada segmen tubuhnya, panjang bervariasi dari 1 – 30 cm, tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterioryang meruncing, pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yangdigunakan untuk menempel dan bergerak. Lintahada yang bersifat ektoparasit pada permukaan tubuh inangnyayang berupa hewan vertebrata termasuk manusiadengan mengisapdarah inangnya danada pula yang hidup bebas dengan memangsa invertebrata kecil sepertisiput. Contoh Hirudinea parasit :
· Haemadipsa (pacet), hidup di rawa-rawa dan di hutan basah
· Hirudo medicinalis (lintah).
Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah (hirudin).Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin.
Gambar e gambar f
2.1.3 Cara gerak Filum Annelida
Cara jalan yang lambat jenis polychaete seperti Nereis dicapai dengan melangkah dengan parapodia, chaetae mereka yang meningkatkan gaya tarik dengan substratum. Yang berjalan cepat malah menggunakan sedikit parapodia. Tubuhnya dibentuk menjadi gelombang horizontal oleh kontraksi dan relaksasi otot dinding utama dalam dua sisi,komponen lateral tenaga desakan akan batal dan cacing bergerak maju dengan menekankan tubuhnya pada lingkungan tempat ia berada,ketika polychaetae berubah dari berjaalan cepat menjadi berenang, gelombang menggambarkan aktivitas yang mungkin untuk cacing coelomate bersegmen.
Gelombang lateral poluchaetae berbeda dari dorongan gelombang dalam nematoda, belut atau ular yang terdapat parapodia ini. mereka tidak memperbesar secara langsung, tapi kehadiran mereka, menyebar pada sisi luar dan dikumpulkan di bagian dalam setiap tekukan,berarti bahwa desakan yang mendorong ditekan pada permukaan cembung luar dan tidak menekan sisi dalam yang cekung. Kontraksi gelombang harus dikembangkan dari belakang hingga ke depan bagian cacing, tidak bergelombang dari depan ke belakang sperti nematoda, belut, ular dan polychaete. Otaknya harus memulai perpindahan pada ujung terjauh tubuhnya. Polychaete dengan semua parapodia yang hilang berenang ke belakang.
Oligochaetes menggunakan kontraksi otot sirkular dan membujur secara bergantian tidak bergelombang melainkan peristaltik.kontraksi otot sirkular memungkinkan cacing tanah memanjangkan bagian anteriornya lebih ramping dan panjang sementara cengkraman chaetae di tanah di bagian belakang, membuat lebih pendek dan gemuk dengan kontraksi otot longitudinal atau membujur. Otot sirkular anterior kemudian berelaksasi dan gelombang kontraksi sirkular melewati seluruh bagian cacing. Lintah mungkin menukik dengan melekat dan menyobek penghisapan mereka atau mungkin berenang ke atas-kebawah dengan gelombang yang disebarkan dari ujung anterior. Untuk melakukan ini, mereka harus memipihkan dan mengeraskan tubuh mereka dengan kontraksi otot dorsovental sehingga mereka bisa melenturkan ototnya tanpa memendekan tubuhnya. Pengaturan pergerakan ini lebih maju daripada annelida lainnya, dengan sistem saraf yang lebih singkat dan lebih memusat fungsinya.
2.1.4 Sistem reproduksi
Polycahaete adalah hewan laut dan memiliki alat kelamin terpisah, transfer sperma eksternal dan fertilisasi eksternal. Telur dilepaskan menembus organ segmen kedalam laut, diamana mereka berkembang menjadi larva planktonik ‘trochophore’. oligochaetes dalam air tawar atau di tanah, adalah hermaprodit fertilisasi menyilang dengan tidak mentransfer sperma eksternal yaitu kuning telur dibuahi dalam cacing atau dalam kepompong. Clittelum yang berada di dekat poti betina, mengeluarkan kepompong yang telurnya dikeluarkan sebelum atau sesudah pembuahan), dan dimana mereka berkembang secara langsung tanpa tingkatan larva. Lintah di habitatnya bereproduksi seperti oligochaete dengan perkembangan langsung dalam kepompong.
Gambar Kerangka Cacing Earthworms Mating
Generalisasi menyediakan sebuah kerangka berguna, tapi menghentikan jumlah bentuk seleksi alam. Polychaete tidak semuanya hewan laut tapi mempunyai beberapa spesies yang hidup di air tawar, dan ada juga yang hidup di gelondongan kayu busuk di darat seperti oligochate yang mempunyai sejumlah spesies laut. Sedangkan generalisasi tentang reproduksi dan perkembangan oligochaete bisa tertahan, polychaete sangat bervariasi. Betinanya bisa mengumpulkan dan menyimpan sperma, contohnya seperti larva trochopore bisa dimodifikasi atau ditekan dimana perkembangan terjadi dalam kuning telur. Reproduksi seksual (dengan kekuatan regenerasi yang berhubungan) bisa terjadi ketika ujung belakang Nereis pecah dan menjadi transformasi pelagic ‘heteronereis’ yaitu seperti pelagic lain polychaete, kemudiian mengapung karena perpanjangan permukaannya dan mempunyai mata yang lebar. Pelepasan gamet bisa diseimbangkan dalam kawanan polycahete dewasa secara seksual.
2.1.5 Sistem ekskresi
Sebagian besar polychaete adalah osmoconformer, regulasi osmosis adalah aspek penting dalam annelida yang mampu untuk mengumpulkan air dari lingkungan. Contohnya, Nereis diversicolour pada estuaria dan cacing tanah dapat memproduksi urin hipotonik sampah gas nitrogen bisa dikeluarkan dalam bentuk ammonia, atau dimana air hanya sedikit dibebaskan dengan sel khusus (pada oligochates) atai sel botroidal (lintah) bisa menggabungkan amonia dengan karbondioksida untuk membentuk urea.
Organ ekskresi pada larva dan beberapa polychaetes dewasa (dan pada annelida anchestral)adalah protonephridia, tabung dengan ujung samar-samar dimana filtrasi menggunakan cilia terjadi. Sebagian besar polychate memiliki metanephridia, pembuluh terbuka dari coelom dengan saluran ciliata. Tabung bisa terpisah keluar tapi lebih sering membuka kedalam pembuluh gonad mesoderm yang terjadi pada banyak segmen.
Gambar Rongga Tubuh Oligochaete
Oligochaete dan lintah memiliki segmen metanephridia dengan gonad dan pembuluh yang dibatasi oleh beberapa segmen anterior.
Ø Cara kerja organ ekskresi bekerja
Ada dua proses yang terjadi :
Ultrafiltrasi. Tekanan mendesak air dan molekul larutan kecil menerobos membran semi permeable yang menahan balik molukul besar seperti protein.
Transport aktif ion (bukan air) adalah langkah penting kedua:filtrasi dalam tubula ekskresi dimodifikasi ketika lewat : substansi yang dipilih ditambahkan atau diserap kembali. Ini dilapisi ketika proses filtrasi, transport aktif mungkin memulai ekskresi, seperti hamocoel serangga, jika tekanan darah rendah.
Ø Hasil ekskresi
Selain air dan ion, produk ekskresi di antaranya:
Karbondioksida, CO2, hasil dari pernapasan pada semua hewan
Ammonia, NH3, ion NH4+, produk primer deaminasi asam amino. Ini adalah racun dan perlu air untukmembuangnya.
Urea,CO(NH2)2, sedikit beracun dan memerlukan sedikit air untuk menghilangkannya. Ini adalah poin akhir yang umum pada metabolisme nitrogen yang diproduksi oleh pemadatan molekul CO2 dengan dua molekul amonia.
Asam uric, C5O3N4H4 pada titik akhir metabolisme purin ini adalah molekul yang komplek, lebih mahal pembentukannya. Dapat dikeluarkan dengan semi padat dengan sedikit air, atau disimpan dalam hewan atau telur tapi membahayakan. Biasanya diproduksi oleh hewan terrestial, contohnya serangga dan siput (laba-laba menngunakan purin lain, guanin) Kebanyakan hewan mengeluarkan campurab dari tiga substansi (lainnya), tapi biasanya titik akhir nitrogen lebih mendominasi. Ammonia contohnya, 80% pada annelida Aphrodite, 60% pada udang karang Astacus, 67% pada sotong Sepia dan 30% pada bintang laut Asterias(dimana sebagian besar sampah nitrogen dalam bentuk asam amino). Di darat siput pulmonate Helix, asam uric berisi 70% sampah nitrogen, sementara di pantai yang lebih rendah siput laut Littorina littorea hanya 0,8-1,2%. Kutu kayu termasuk ke dalam hewan terrestial yang mampu mengeluarkan gas ammonia.
2.1.6 Sistem transportasi
Diffusi
Difusi, pergerakan substansi lebih tinggi ke konsentrasi substansi yang lebih rendah, ini tidak cukup untuk komunikasi antar bagian tubuh pada hewan kecil. Planaria contohnya, mengandalkan difusi suplai oksigen dan menggunakan oksigen sekitar 0,1sampai 0,2 ml oksigen pergram perjam pada 15áµ’C. Penghitungan berdasarkan jumlah difusi meyakinkan bahwa planaria harusnya tidak lebih dari 0,5 mm.Pada titik ini,banyak planaria bernapas secara anaerob pada waktu tertentu, dan banyak pusat cacing bukanlah pada jaringan tapi pada makanan dalam saluran cerna.
Transportasi atau sistem ‘vaskular’
Sistem transportasi terumum adalah darah, jaringan cair (mengandung sel) dalam pembuluh tertutup atau rongga haemocoelic. Fungsinya untuk mengangkut gas hasil pernapasan, makanan, materi ekskresi, hormon dan substansi lainnya. Dugaan bahwa sisteem darah dahulu berkembang untuk transport oksigen itu salah nemertines mempunyai sistem darah di dalam tubuhnya dan tidak ada hubungannya dengan transport oksigen. Nemertines, tidak seperti planaria, mempunyai saluran cerna terbuka pada kedua ujungnya dengan pergerakan makanan satu arah,secara langsung ini memerlukan sistem transport jika makanan disebarkan ke seluruh tubuh.
Pada planaria, dimana hanya ada mulut yang terbuka, makanan tidak akan mencapai semua jaringan tapi untuk cabang saluran cerna. Transport oksigen dan karbonsioksida
Pigmen respirasi
Pigmen yang bergabung dengan oksigen ada di hampir semua hewan yang membantu pernapasan. Sejauh ini yang paling umum adalah hemoglobin (Hb), ditemukan sedikitnya pada beberapa anggota hampir semua Filum. Struktur protein yang berisi zat besi dan hemoglobin, ini terhubung pada enzim pernapasan cytochrome yang digunakan dalam respirasi sel pada semua hewan. Hemoglobin mungkin terdapat pada larutan atau sel darah,dimana ini akan menjadi lebih terkonsentrasi tanpa memunculkan tekanan osmosis darah, pertama ini mengangkut oksigen, tapi mungkin ini hanya cadangan oksigen, seperti bentuk yang lebih sederhana molekul yang disebut ‘myoglobin, ini mungkin memudahkan difusi oksigen. Hemocyanin adalah pigmen berbahan dasar tembaga yang terdapat pada banyak arthropoda atau moluska. Ini mempunyai capasitas pengangkut oksigen yang lebih rendah daripada hemoglobin dan tidak bisa diisikan pada sel darah. Pigmen respirasi lainnya seperti haemerythrin dan chlorocruoin terjadi khususnya pada annelida yang mempunyai rangkaian luas pigmen khusus respirasi.
Karbondioksida
Karbondioksida juga diangkut dalam kombinasi arah sebaliknya oleh hemoglobin sebagai ion bikarbonat (HCO3)- atau dalam larutan padat.
Sistem penghitungan ukuran
Ketika arah aliran berlawanan dalam saluran yang tepat dan tertutup, sistem penghitungan ukuran meningkatkan pengambilan oksigen pada permukaan pernapasan. Dengan aliran penghitungan ukuran, ada gradien konsentrasi oksigen ( atau substansi lain, atau panas) sepanjang seluruh permukaan, yang menyebabkan lebih banyak difusi terjadi pada aliran paralel (co_current), dimana ada peningkatan gradien yang tinggi –lihat diagram c dan d.
2.1.7 Sistem respirasi
Respirasi adalah oksidasi makanan organik dengan pelepasan energi. Ini termasuk kedalam anaerob (menggunakan oksigen ingkungan) dan memiliki tiga tahap:
1. Pertukaran gas.
Oksigen dimasukkan dan karbondioksida dikeluarkan pada permukaan respiratori, sering dibantu oleh pergerakan ventilasi.
2. Pengangkutan oksigen
Pengangkutan oksigen dari organ respirasi menuju sel, biasanya dalam darah dan karbondioksida di arah sebaliknya.
3. Terjadinya proses biokimia
Dalam setiap sel proses biokimia cenderung sama dalam semua hewan. Gula disusun dan dipecahkan dengan glikosis menjadi pirufat, yang melepaskan energi yang tergabung menjadi ATP atau kehilangan panasnya. Ini adalah tahap anaerobik respirasi,ketiadaan oksigen pirufat yang terbentuk diubah menjadi asam laktid. Pemecahan tidak sempurna ini mungkin menjadi satu-satunya tahap respirasi seluler pada beberapa hewan atau beberapa keadaan, ketika otot membangun bank oksigen. Sebagian besar hewan mengoksidasi pirufat (dalam siklus ‘krebs’ atau ‘asam trikarboksil) yang menggunakan molekul oksigen sebagai penerima akhir hidrogen. Respirasi aerobik membuat persediaan energi yang lebih banyak. Persamaannya adalah :
C6H12O6+6O2 =6CO2+6H20
Repirasi akuatik dan udara
Oksigen mungkin diperoleh dari larutan dalam air.
Kelebihan pernapasan di udara
· Kandungan oksigen di udara lebih banyak 30 kali lipat daripada dalam air : udara berisi 20% oksigen sementara seliter air tawar pada 15áµ’C tidak akan mengandung oksigen lebih dari 7,0 ml oksigen.
· Oksigen berdifusi 10000 kali lebih cepat daripada dalam air.
· Udara, menjadi tebal dan kental, bergerak lebih cepat daripada air pada permukaan organ pernapasan.
Kelebihan bernapas dalam air
1) Permukaan organ respirasi didukung oleh air dan tidak akan mengering
2) Pengeluaran karbondioksida lebih mudah : ini dapat larut dan air tawar dapat menahan sekitar 3 volume% CO2sementara udara hanya mampu berisi 0,03 volume %.
Tekanan oksigen
Ketersediaan oksigen dalam larutan diukur dalam tekanannya, bukan volumenya. Tekanan bagian oksigen (bagian keseluruhan yang menyebabkan oksigen) disebut tekanan oksogen. Tekanan lingkungan pada tingkatan laut dikukur dalam sebuah barometer 760 milimeter merkuri (mm Hg: dalam unit Sl, 101, 3 kilopaskal, kPa). Udara kira-kira mengandung 21% oksigen sehingga tekanan oksigen dalam air laut yang mengandung udara kira-kira 0,21X760 =160mm Hg (21,3 kPa).
Air tawar secara umum akan di oksigenasi lebih baik daripada di laut, karena oksigen kehilangan larutan dalam garam.
Udara yang seimbang lebih mudah untuk pengambilan oksigen, sehingga respirasi akuatik akan membutuhkan permukaan respirasi yang luas.
· Alat-alat respirasi
Permukaaan tubuh mungkin dapat ditembus pada udara respirasi hewan laut.Contohnya sponge, cnidaria, cacing acoelomate, crustaceae dan larva dan telur hewan laut.
Insang
Insang adalah perpanjangan permukaan yang berdinding tipis pada hewan air. Insang luar mungkin dibuka oleh air yang bergerak melewati hewan atau dengan pergerakan hewan menembus air: ventilasi insang dalam mungkin memerlukan energi lebih banyak. Porsi struktur dan insang yang termasuk cuping parapodial polychaetae yang berenang bebas, tentakel (insang terpisah) polychaete yang hidup dalam tabung, ctenidia moluska dan lipatan mantel siput, anggota tubuh semua atau bagian crustaceae dan kaki tabung echinodermata.
Paru-paru
Paru-paru adalah kantung internal yang berisi udara dengan sebuah pembuka pada dunia luar dan darah tertutup yang diterapkan ada dinding luar mereka. Pada paru-paru invertebrata berisi pertukaran udara dengan diffusi tanpa pergerakan ventilasi, seperi pada siput dan keong.
Sistem trakea
Pada serangga dan arthropoda terrestial lainnya, sistem trakea berisi tabung berisi udara yang bercabang ke seluruh tubuh dan masuk di antara sel, yang menyediakan respirasi aerial yang effisien untuk hewan kecil.
Jumlah respirasi
Jumlah pernapasan akan bervariasi menurut sifat dan lingkungan invertevrata. Ini juga tergantung pada ukuran tubuh, aktifitas dan suhu lingkungan. Biasanya disamakan dengan jumlah metabolisme, jumlah total aktifitas hewan. Dalam jumlah metabolisme hewan dapat diukur dengan penggunaan oksigen per unit waktu. Endotermik (cacing darah) vertebrata menjaga jumlah metabolisme basal agar stabil pada saat beristirahat, tapi ektoderm (termasuk invertebrata) tidak : mereka mempunyai kelebihan menjadi berhenti dengan menghemat air dan energi dalam kondisi yang tidak baik. Pada vertebrata ini dimana jumlah metabolisme ketika istirahat dapat diukr, ini lebih hebat pada hewan yang lebih besar tapi tidak berskala 1:1 dengan massa tubuh. Pada vertebrata, jumlah metabolisme ketika istirahat cenderung pada proporsi masa tubuh yang mencapai 0,75.
Pernapasan
Kemampuan menembus permukaan luar umumnya tidak cukup bagi annelida untuk menyerap oksigen yang diperlukan padahal mereka adalah hewan yang bergerak dan hidup aktif dalam galian atau tabung. Insang diperlukan, seperti pada cuping parapodial dengan area permukaan luas dan cadangan darah internal. Plychaetes yang hidup dalam tabung mungkin perlu insang terpisah jika tentakelnya mengupulkan makanannya dari pasir.
Pigmen respirasi diperlukan, juga dalam darah untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen atau dalam jaringan untuk memudahkan difusi. Hemoglobin adalah pigmen respirasi paling umum, yang terjadi pada sebagian besar hewan. Itu terjadi pada annelida, tapi juga dengan pigmen berbahan dasar besi yang sangat jarang, haemerythrin dan chlorocruorin dan hemocyanin yang berbahan dasar tembaga, tidak ada pilum lain yang memiliki susunan hebat itu.
2.1.8 Sistem pencernaan
Polychaete merayap atau berenang bebas dalam laut dan biasanya merupakan predator aktif berwarna, dengan rahang tajam pada faringnya. Sebagian mereka adalah karnivora, tapi ada juga herbivora, detritivora dan omnivora. Ada banyak genus, kebanyakan namanya berasal dari nama dewa dan dewi Yunani. Nereis adalah ragworm, seperti Nephtysdan Phylloduce; sillidaenya ramping dengan parapodia lembut, glyceridae memiliki faring seperti balon, eunicidae memiliki rahang kuat khusus dan cacing sisik seperti Aphrodite memiliki insang menutupi seluruh bagian punggungnya.
GambarRonggaCacing Aphrodite
Ada 25 famili, yang dikelompokkan sebagai ‘Errantia’, tapi mereka tidak semunaya memiliki hubungan dekat. Pendatang baru arthropoda predator tidak diragukan lagi adalah sebuah oerangsang bagi evolusi sepanjang keberadaan cacing; mereka hidup dalam lubang galian sepanjang waktu sebagai pemakan runtuhan dan pelapukan. Struktur eksternal menjadi berkurang tapi otot terjaga dan berkembang baik, dan insang diperlukan. Contohnya Arenicola pada lugworm,bertanggung jawab pada makanan cacing di pantai berpasir atau lumpur, dan Chaetopterus, dengan perbedaan anggota badan yang menggerakan air menembus tabung U. Polychaete bertabung sessile mengeluarkan tabung dimana mereka tinggal, sekarang telah dimodifikasi dengan saluran cerna berbentuk U. Syaraf berkembang baik dan otot tidak terlalu penting dalam perpindahan tapi sangat cepat dalam penarikan kembali tabung. Kepalanya menjadi bertentakel yang bisa meregang pada pasir dan membawa partikel, seperti Terebellidae, yang memungkinkan ciliari makan seperti pada cacing kipas Sabella dan serpulidae, pembuat tabung calcareous umumnya ditemukan pada batu atau rumput laut.
Perbedaan makanan sangat tipis antara oligochaetes, yang memiliki faring noneversible dan memakan tumbuhan yang runtuh, dan lebih tipis lagi pada lintah. Kesergaman morfologi yang dimiliki Hirudina mencapai 33 segmen dan embriologi mereka diarahakn oleh sel turunan dalam nematoda.
2.1.9 Sistem sirkulasi
Sistem darah merupakan bagian kecil rongga tubuh primer atau blastosol annelida berlangsung selama perkembangan, menjadi terisi dengan darah dan membentuk pembuluh sistem tertutup.
Gambar Pembuluh Darah Cacing
Contraksi secar umum pembuluh longitudinal dorsal menekan darah maju, dan kemudian menembus sejumlah pembuluh yang terhubung untuk mengalir ke dalam pembuluh ventral di bawah saluran cerna. Tidak ada jantung yang sebenarnya, mungkin ada beberapa pembuluh kontraksi yang memiliki ujung samar-samar yang membantu aliran darah. Mungkin ada pembuluh lain, contohnya parapodia dalam polychaetes. Pembuluh melintang memerlukan dukungan septa segmen.
Lintah memiliki sistem sirkulasi berbeda. Coelom menjadi terbungkus dengan jaringan ‘botryoidal’ penghubung, yang meninggalkan saluran coelomik dalam sirkulasi cairan. Sistem darah ini kemudian menjadi berkurang atau malah tidak ada.
2.1.10 Hubungan antar Filum Annelida
Hubungan antara tiga kelas utama annelida sudah jelas, bahwa Clitellata berbeda, apapun asal-usulnya. Dalam kelompok ini, tidaka akan bisa lagi ada pembatasan kelas,munculnya spesialisasi Hirudina (lintah), mungkin lebih dari satu kali dari semua oligochates. Kelihatannya Clitellata adalah asli cacing terrestial, yang kemudian hidup di air.
Asal-usul dan komposisi polychaeta tidak cukup jelas. Banyak cacing yang dikira merupakan pilum terpisah sekarang dikenal sebagai polychaetes yang telah berubah, perrtama adalah Archiannelida,sekumpulan annelida yang kecil dan sederhana yang pernah dikira anchestral, dikenali sebagai poychaetes yang bersatu dari beberapa famili. Kemudian Echiura dan mungkin juga Sipuncula dianggap kelompok polycahetes dengan kehilangan segmentasi dan kekuatan perpindahan ketika dewasa. Sekarang pogonophora dipercaya, dengan dukungan bukti molekul, dimasukkan kedalam anggota polychaete untuk memiliki saluran cerna dengan pemanjangan endoderm berisis bakteri chemosynthetic. Mereka bisa dikatakan dekat dengan Sabella.
2.2 FILUM PLATYHELMINTHES
2.2.1Pengertian dan Karakteristik Filum Platyhelminthes
Struktur dasar platyhelmintes sederhana, mereka triploblastik, mempunyai tiga lapisan sel, ektoderm (luar), mesoderm, dan endoderm (dalam). Dalam kehidupan bebas ada penguraian sistem reproduksi hermaprodit dan sistem tabung ectoderm excretori, protonephridia (sel api). Platyhelmintes yang hidup bebas mempunyai ujung kepala dengan organ perasa anterior dan otak tidak sempurna. Mereka bergerak dengan cilia atau gelombang kontraksi dalam otot yang bekerja melawan tekanan cairan isi tubuhnya (saluran cerna, parenkim, genitalia,dll).
Hewan ini biasanya dikenal sebagai primitif berdasarkan jumlah karakter negatifnya, mulut hanya terbuka hingga saluran pencernaan, dan mereka tidak punya rongga tubuh, sistem respirasi, sistem peredaran darah, anggota badan dan rangka keras. Hewan tanpa sistem pernapasan dan darah biasanya datar, menjadi terbatas oleh difusi oksigen, dan mereka memiliki tubuh lunak dengan panjangnya yang lebih daripada lebarnya, mereka dikenal sebagai cacing pipih.
Platyhelminthes, asal kata : platy = pipih dan helmins = cacing. Pada platyhelminthes sudah tedapat alat atau organ sederhana seperti pharynx yang bersifat musculer, ocelli dan alat-alat yang lebih kompleks misalnya organ genitalia dan organ excretoria. Namun mereka masih mempunyai systema gastrovasculare seperti diketemukan pada Coelenterata dengan hanya satu muara keluar yang berfungsi baik sebagai mulut maupaun sebagai anus.
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel.
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel.
Gambar. Planaria
Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Contoh Platyhelmintes adalah Planaria. Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus (intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi ke bagian samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut. Perhatikan gambar susunan saluran pencernaan Planaria berikut ini.
Gambar 1. Susunan saluran pencernaan Planaria
2.2.2 SistemEksresi
Sistem ekskresi pada cacing pipih terdiri atas dua saluran eksresi yang memanjang bermuara ke pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian dorsal (punggung). Kedua saluran eksresi tersebut bercabang-cabang dan berakhir pada sel-sel api (flame cell). Perhatikan gambar sistem eksresi dan sel api Planaria di bawah ini.
Gambar 2. a) Susunan saluran eksresi pada Planaria; b) Sel api (flame cell)
Platyhelminthes adalah merupakan sebagian besar acelomata yang mempunyai 3 (tiga) lapisan dermoblast, yaitu berturut-turut dari luar ke dalam:
a. Ectiderm
b. Mesoderm
c. Entoderm
Pada Platyhelminthes dari lapisan-lapisan tersebut akan terbentuk alat-alat yaitu dari ectoderm misalnya membentuk epidermis yang selanjutnya akan terbentuk cuticula. Mesoderm membentuk lapisan-lapisan otot, jaringan pengikat dan alat reproduksi. Dan entoderm akan terbentuk gastrodermis.
2.2.3 Sistem Saraf
Sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di bagian anterior tubuh.Kedua ganglia ini dihubungkan oleh serabut-serabut saraf melintang dan dari masing-masing ganglion membentuk tangga tali saraf yang memanjang ke arah posterior.Kedua tali saraf ini bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Perhatikan gambar sistem saraf Planaria berikut :
Gambar 3. Sistem saraf Planaria
2.2.4 Sistem Reproduksi
Reproduksi pada cacing pipih seperti Planaria dapat secara aseksual dan secara seksual.Reproduksi aseksual (vegetatif) dengan regenerasi yakni memutuskan bagian tubuh.Sedangkan reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel kelamin pada hewan yang bersifat hemafrodit.Sistem reproduksi seksual pada Planaria terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis. Perhatikan gambar sistem reproduksi Planaria dibawah ini :
Gambar 4. Sistem reproduksi Planaria
Selanjutnya perhatikan gambar reproduksi aseksual Planaria di bawah ini!
Gambar 5. Reproduksi aseksual Planaria
A.Terpotong secara alami
B.Dibelah dua
C.Dibelah tiga
A.Terpotong secara alami
B.Dibelah dua
C.Dibelah tiga
2.2.5 Klasifikasi Filum Platyhelminthes
2.2.5.1 Platyhelminthes yang hidup bebas
Dengan sel epidermis ciliate.Mereka adalah tubelaria, kelempok heterogen yang termasuk dalam Catenulida.Kebanyakan cacing kecil hidup di air tawar dengan banyak karakter sederhana.
Gambar 6. Catenulida
Rhabditophora, grup yang banyak dan bervariasi termasuk planaria, hidup di air tawar atap daratan berlumpur dan air laut.
2.1.5.2 Platyhelminthes parasit
Kebanyakan platyhelminthes bersifat parasit. Terbagi menjadi 3 kelas :
a. Monogenea, pipih ‘gepeng’, ectoparasit pada hewan air (biasanya pada ikan)
b. Trematoda termasuk Digenea (cacing hati), endoparasit pada veterbrata
c. Cestoida, cacing pita, termasuk endoparasit, tersebar dimana saja
Di semua bentuk parasit ini, epidermis digantikan oleh ‘tegumen’ yang melindungi parasit dan mengatur apa yang bisa diserapnya dari inangnya.
Platyhelminthes (cacing pipih) dibedakan menjadi 3 kelas yaitu Turbellaria, Trematoda dan Cestoda. Berikut akan dijelaskan satu-persatu.
1. Kelas Turbellaria
Hewan dari kelas Turbellaria memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk rabdit (Yunani : rabdit = tongkat). Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut atau tempat lembab dan jarang sebagai parasit.Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap.
Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya seperti tampak pada gambar 5 di atas. Contoh Turbellaria antara lain Planaria dengan ukuran tubuh kira-kira 0,5 – 1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai panjang tubuh sampai 60 cm dan hanya keluar di malam hari. Permukaan tubuh Planaria bersilia dan kira-kira di tengah mulut terdapat proboscis (tenggorok yang dapat ditonjolkan keluar) seperti pada gambar berikut.
Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya seperti tampak pada gambar 5 di atas. Contoh Turbellaria antara lain Planaria dengan ukuran tubuh kira-kira 0,5 – 1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai panjang tubuh sampai 60 cm dan hanya keluar di malam hari. Permukaan tubuh Planaria bersilia dan kira-kira di tengah mulut terdapat proboscis (tenggorok yang dapat ditonjolkan keluar) seperti pada gambar berikut.
Gambar 6. Proboscis pada Planaria
Planaria tubuhnya bersifat fleksibel, dapat memanjang atau memendek atau membelok dalam tiap arah. Planaria hidup di air tawar dalam danau, sungai dan rawa. Mereka menghindari sinar matahari dengan melekat di bawah permukaan batu atau sepotong kayu.
2. Kelas Trematoda
Hewan Trematoda memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak bersilia. Pada ujung anterior terdapat mulut dengan alat penghisap yang dilengkapi kait. Tubuh dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 1cm serta simetris bilateral. Trematoda termasuk hewan hemafrodit,dan sebagai parasit pada Vertebrata baik berupa ektoparasit (pada ikan) maupun sebagai endoparasit. Contoh hewan Trematoda adalah :
a) Fasciola hepatica
Cacing hati atau Fasciola hepatica (parasit pada hati domba), dalam keadaan dewasa cacing hati hidup di dalam hepar domba, sapi, babi dan kadang-kadang dalam manusia, cacing ini juga dapat menyebabkan banyak kerugian dalam bidang peternakan. Fasciola hepatica menyerupai Planaria baik dalam bentuk tubuh maupun strukturnya. Tubuhnya berbentuk daun, panjangnya sampai 30 mm.
Gambar 7. Anatomi Fasciola hepatica
b) Fasciola gigantica
Fasciola gigantica (parasit pada hati sapi) dan cacing hati parasit pada manusia (Chlonorchis sinensis) serta Schistosoma japonicum (cacingdarah
Daur Hidup Kelas Trematoda. Berikut ini diuraikan mengenai daur hidup beberapa jenis cacing yang termasuk kelas Trematoda.
• Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba. Kemudian telur keluar ke alam bebas bersama feses domba. Bila mencapai tempat basah, telur ini akan menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan mati bila tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis-rubigranosa).
• Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap dalam tubuh siput selama + 2 minggu).
• Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap dalam tubuh siput selama + 2 minggu).
• Sporokista akan menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal ini berlangsung secara partenogenesis.
• Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva berikutnya yang disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria dapat menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
• Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva berikutnya yang disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria dapat menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
• Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk beberapa lama. Serkaria melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya. Perhatikan tahap perkembangan larva Fasciola hepatica.
• Apabila rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat menembus dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.
Gambar 8. Tahap perkembangan larva Fasciola hepatica
Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai dua macam tuan rumah yaitu:
1. Inang perantara yaitu siput air
2. Inang menetap,yaitu hewan bertulang belakang pemakan rumput seperti sapi dan domba.
· Daur hidup Chlonorchis sinensis
Daur hidup Chlonorchis sinensis sama seperti Fasciola hepatica, hanya saja serkaria pada cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar yang berperan sebagai inang sementara. Struktur tubuh Chlonorchis sinensis sama seperti tubuh pada Fasciola hepatica hanya berbeda pada cabang usus lateral yang tidak beranting.
· Daur hidup Schistosoma japonicum (cacing darah)
Cacing darah ini parasit pada manusia, babi, biri-biri, kucing dan binatang pengerat lainnya.Cacing dewasa dapat hidup dalam pembuluh balik (vena) perut. Tubuh cacing jantan lebih lebar dan dapat menggulung sehingga menutupi tubuh betina yang lebih ramping. Cacing jantan panjangnya 9 – 22 mm, sedangkan panjang cacing betina adalah 14 – 26 cm.
Gambar 10. Schistosoma japonicum jantan dan betina
Selanjutnya diuraikan tentang daur hidup Schistosoma japonicum :
• Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia kemudian menuju ke poros usus (rektum) dan ke kantong air seni (vesica urinaria), lalu telur keluar bersama tinja dan urine.
• Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput. Kemudian dalam tubuh siput akan berkembang menjadi serkaria yang berekor bercabang. Serkaria dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis (banyak terdapat di Afrika dan Asia). Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung, limpa, kantong urine dan ginjal.
• Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput. Kemudian dalam tubuh siput akan berkembang menjadi serkaria yang berekor bercabang. Serkaria dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis (banyak terdapat di Afrika dan Asia). Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung, limpa, kantong urine dan ginjal.
3. Kelas Cestoda
Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila). Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Tubuhnya satu strobila tertutup oleh cuticula yang tebal; tidak berpigmen; tidak mempunyai tractus digestivus atau alat indera dalam bentuk dewasanya. Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
Banyak tipe-tipe cacing pita hidup di dalam intestinum dari hampir semua hewan-hewan Vertebrata. Species dari genus Taenia hidup sebagai bentuk dewasa di dalam tractus digestivus manusia.
Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan. Sistem eksresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api. Sistem saraf sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang.
Contoh Cestoda yaitu:
a) Taenia saginata (dalam usus manusia)
b) Taenia solium (dalam usus manusia)
c) Choanotaenia infudibulum (dalam usus ayam)
d) Echinococcus granulosus (dalam usus anjing)
e) Dipylidium latum (menyerang manusia melalui inang protozoa)
· Daur Hidup Kelas Cestoda
Selanjutnya akan diuraikan beberapa dari cacing pada kelas Cestoda, antara lain:
a. Taenia saginata
a. Taenia saginata
Cacing ini parasit dalam usus halus manusia. Perbedaannya dengan Taenia solium hanya terletak pada alat pengisap dan inang perantaranya. Taenia saginata pada skoleksnya terdapat alat pengisap tanpa kait dan inang perantaranya adalah sapi. Sedangkan Taenia solium memiliki alat pengisap dengan kait pada skoleksnya dan inang perantaranya adalah babi.
Daur hidup Taenia saginata
Daur hidup Taenia saginata
Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak yakni yang mengandung sel telur yang telah dibuahi (embrio). Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur ini termakan sapi, dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang menjadi larva onkoster. Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot lurik dan membentuk kista yang disebut Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau setengah matang.
Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang dapat menghasilkan telur. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh sapi. Selanjutnya telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang mengikuti siklus hidup seperti di atas. Perhatikan gambar daur hidup Taenia saginata berikut!
Gambar 11. Daur hidup Taenia saginata
b. Taenia solium
Daur hidup Taenia solium sama dengan daur hidup Taenia saginata, hanya saja inang perantaranya adalah babi. Sedangkan kista yang sampai di otot lurik babi disebut Cysticercus sellulose.
c. Coanotaenia infudibulum
Cacing pita lainnya adalah Coanotaenia infudibulum yang parasit pada usus ayam tetapi inang perantaranya adalah Arthropoda antara lain kumbang atau tungau.
2.2.6 Peranan Platyhelminthes bagi Kehidupan Manusia
Pada umumnya Platyhelminthes merugikan, sebab parasit pada manusia maupun hewan, kecuali Planaria. Planaria dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan. Agar terhindar dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan beberapa cara, antara lain: memutuskan daur hidupnya, menghindari infeksi dari larva cacing, tidak membuang tinja sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat hidup sehat), dan tidak memakan daging mentah atau setengah matang (masakdagingsampaimatang).
2.3 FILUM ACOELAMORPHA
2.3.1 karakteristik Acoelamorpha
Acoela sangat kecil (sekitar 3mm panjangnya) dan sederhana, bahkan ketika dibandingkan dengan platyhelminthes. Mereka tidak mempunyai lubang saluran pencernaan, tapi pada jaringan endoderm dalam ada lapisan digestif yang terbentuk setelah makan. Jaringan ini mungkin ‘synctial’ dengan penyebaran nukleus dalam sitoplasma dan tidak memiliki sel yang emneglilingi. Mesoderm dalam bentuk sel otot muncul dari sel endoderm; tidak seperti platyhelminthes tidak ada sel ectoderm pada mesoderm. Acoela tidak punya protonephrida atau struktur eksresi. Telur dan sperma tidak terdapat pada gonad. Kordinasi terjadi oleh jaringan syaraf dengan beberapa kawat syaraf yang berbeda dan perkembangan otak yang minim (proses kimia yang tidak biasa), sangat berbeda dengan platyhelminthes.
Gambar. Acoelamorpha
Selanjutnya Gambar. Bagian Dari Tubuh . Acoelamorpha
Reduksi dari beberapa bentuk khusus diyakini dengan penemuan banyak fitur yang tidak biasa pada Acoela. Struktur spermanya unik, cilia dan akarnya tidak biasa dan rumit dalam substansi interselulernya. Tidak ada tingkatan larva. Perkembangan pembelahan spiralnya berbeda dengan hewan yang membelah secara spiral lainnya. Dalam platyhelminthes, annelida, moluska dan lainnya, setiap pembagian menempatkan hasil bagian pada alur diantara sel-sel, membentuk spiral yang berubah menjadi searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam secara berurutan sebagai hasil pembagian.
Pada acoela. Dua spiral terpisah terbentuk, yang memulai pada divisi kedua, secara berpasangan ‘duet’ tidak dengan empat sel. Putaran Arah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam secara berurutan tidak bergantian tapi memiliki distribusi berbeda. Tujuan dari produk pembelahan itu juga berbeda, dan sejauh ini masih bergantung pada reaksi diantara sel daripada di dalam tipe pembelahan spiral stereotip.
· Nemertodermatida
Cacing kecil ini (sekitar 10 mm) merupakan fitur sederhana dari Acoela. Sistem pencernaan tidak benar-benar hilang, tapi hampir tertutup oleh proses sel endoderm, dan mungkin memiliki mulut atau tidak. Spermanya tidak seperti sperma acoelan dan platyhelminthes. Nemertodermatid juga berbeda dari yang lainnya dalam fertilisasi external. Kemiripan dengan acoela termasuk struktur khusus cirialy, bentuk mesoderm dari sel endodermdan ketiadaan prothonephrida. Otak dan sistem syaraf lebih tipis dan rumit dariapda Acoela. Informasi tentang perkembangan akan menarik: laporan yang tidak dipublikasi meyakinkan bahwa duet tterbentuk, yang memudahkan bispiral, seperti dalam acoela.
Gambar. Nemertodermatida
Nemertodermatida termasuk Acoela dan merupakan primtif sederhana, turunan langsung primitif Bilateria. Acoela dan nemertodermatida digabungkan menjadi’acoelomorpha’, pilum terpisah dari plathyhelminthes.
2.3.2 Ciri khusus platyhelminthes modern
1. Reproduksi
Triploblastik anchestral mungkin meneyrupai invetebrata laut sederhana yang lainnya dalam sek yang berbeda, yang menumpahkan sperma dan telur (tanpa banyak kuning telur) kedalam laut dan menetaskan larva kecil. Kebanyakan platyhelimnthes modern berkebalikan, memiliki sistem elaborasi organ kelenjar muskular yang membentuk sistem reproduksi hermaprodit yang rumit. Kebanyakan turbellia hidup di air tawar, dan tpical hewan dalam habitat ini mereka punya fertilisasi internal kuning telur yang luas, yang berkembang secara langsung tanpa ada tingkatan larva. Bentuk Parasitis memiliki masalah yang luar biasa. Mereka memiliki sistem reproduksi yang rumit dan rangkaian larva yang memudahkan transfer diantara inangnya.
Spermatozoa menyediakan contoh menarik pada spesialisasi Turbelaria. Kebanyakan hewan memiliki sperma ‘seperti kecebong’ yang familiar yang digerakan oleh flagela tunggal, tapi spermatozoa turbelaria memiliki dua flagel. Tidak memiliki penutup atau ‘akrosom’, nucleus berada di ujung anterior dan kedua flagel memanjang lurus pada sitoplasma sel. ada pengecualian : sperma catenulid dibuahi tanpa flagel tapi struktur ciliari yang memendek beberapa kali lipat oleh pergerakan mereka. Sperma biflagellate mungkin dihubungkan dengan fertilisasi internal dan keharusan sperma untuk berjalan menembus jaringan untuk mencapai telur. Fertilisasi internal umum terjadi pada invetebrata dan platyhelminthes, tapu spermatozoa biflagel merupakan hala yang unik diantara semua hewan.
Spesialisasi lainnya adalah kuning telur tidak diproduksi dalam telur, tapi pada sel terpisah, yang kemudian dihubungkan kedalam kapsul telur.
Kekuatan regenarasi yang luar biasa dari berbagai planaria juga merupakan spesialisasi : sedikitnya satu per enam belas tubuh dapat menyusun kembali menjadi hewan kecil yang baru. Pada kondisi yang tidak stabil, hewan bisa kehilangan susutan dan strukur perbedaanya, yang meningkatkan lagi ikuran dan kerumitannya ketika lingkungan membaik.
2. Epidermis
Ini adalah struktur khusus pada Turbelaria. Kesamaan organ kelenjar muskular mungkin signifikan. Kelenjar memproduksi bentuk ucus yang rumit yang melindungi hewan, dan dalam beberapa cara yang tidak dimengerti, memudahkan perpindahan dan melekat pada permukaan.
3. Sistem lainnya
Pada sistem lain turbelaria jug menunjukkan elaborasi secara rinci. Jaringan syaraf merupakan perpaduan khusus dan tidak khusus yang bervariasi, komponen primitif dan lanjutan, dengan variasi terbesar dalam kelompok yang merupakan calon turbelaria primitif. Ada variasi reseptor sensorik epidermal sederhana yang berkoresponden . otot tidak berkembang baik, seperti yang diharapkan pada hewan dimana ada sedikit ketentuan untuk meregangkan kembali otot setelah kontraksi. Ultrastruktur beberapa otot yanhg lebih cepat adalah striasi pengingat bagi otot.
4. Predasi dan parasitisme
Turbelaria hampir semuanya predator yang menangkap makanannya dengan faring. Kerumitan saluran pencernaan meningkat di dalam turbelarian : tanpa adanya peredaran darah, suplai makanan ke seluruh tubuh hanya disalurkan oleh cabang saluran pencernaan. Evolusi parasitisme, bentuk khusus predasi, adalah yang karakter terkenal dalam platyhelminthes.
Parasitisme adalah arah evolusi yang berhasil bagi platyhelminthes. Platyhelminthes cenderung kecil, ramping dan tidak aktif: tanpa adanya transportasi makanan dan oksigen dalam tubuhnya mereka tidak bisa bertambah besar; dan sistem otot mereka tidak mengizinkan banyak bergerak. Parasitisme adalah satu cara hidup dimana karakter ini menjadi keuntungan tersendiri. Energi dapat diarahkan pada reproduksi, dan genital hermaprodit yang komplek dari platyhelminthes yang hidup bebas, yang dipasangkan dengan fertilisasi internal, dapat berkembang kesuburan yang baik diperlukan oleh parasit. Ada banyak jumlah spesies parasit dengan variasi siklus hidup, dengan inang lanjutan. Contohnya dalam cacing hati Fasciola, cacing dewasa hidup dalam domba, telur dilepaskan pada rumput basah dimana mereka menetas menjadi larva yang berenang bebas (tidak seperti cacing dewasa, level ini memiliki epidermis ciliate dan mata yang sederhana). Larva memasuki paru-paru siput, dimana mereka membentuk kista yang melepaskan larva baru yang jumlahnya berlipat ganda untuk meningkatkan jumlah mereka, dan akhirnya larva menunggu di rumput. Jika mereka di makan oleh domba, siklusnya menjadi lengkap. Cestoda seperti cacing pita pada manusia Taenia dimodifikasi dari nenek moyang mereka yang hidup bebas. Kepala mereka diikatkan kedalam kuncup usus inang yang merupakan rangkaian ‘proglottides’ yang lebih sedikit daripada kantung organ reproduksi; tidak punya saluran pencernaan dan makanan diserap oleh seluruh permukaan. Ada satu lagi siklus hidupnya yang rumit : telur lepas di tanah ketika dimana mereka berkembang menjadi embrio. Jika dimakan hewan pemakan rumput, embrio membuat jalanya ke dalam otot babi dan mengkista, siap untuk dimakan manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Annelida merupakan hewan simetris bilateral, mempunyai sistem peredaran darah yang tertutup dan sistem saraf yang tersusun seperti tangga tali. Annelida mempunyai rongga tubuh atau coelem dan tubuhnya beruas-ruas. Filum ini dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudenia.
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Filum ini terbagi kedalam beberapa kelas antara lain : Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Dalam siklus hidupnya sebagian besar cacing pita membutuhkan dua atau lebih inang.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi,Imam.2011.<http://imamfends.blogspot.com/2011/03/bab-i-pendahuluan.html>.[Diakses PadaTanggal 6 Desember 2012].
Hanaru.2012.<http://hanaruhanaru.blogspot.com/2012/03/annelida.html>.[Diakses Pada Tanggal 6 Desember 2012].
Mia.2010.Annelida.<http://myaluzz.wordpress.com/2010/01/16/annelida/>.[Diakses Pada Tanggal 6 Desember 2012].
Moore,J.2001.An introduction to the invertebrates.United States of America:Cambridge Univercity press.
Demikianlah Artikel ANEMIA
Sekianlah artikel ANEMIA kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel ANEMIA dengan alamat link https://contoh-definisi-pengertian.blogspot.com/2016/01/anemia.html