MAKALAH CUMI CUMI

MAKALAH CUMI CUMI - Hallo sahabat CONDENPE, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul MAKALAH CUMI CUMI , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : MAKALAH CUMI CUMI
link : MAKALAH CUMI CUMI

Kamu Bisa Download File MAKALAH CUMI CUMI di bawah ini !

Baca juga


MAKALAH CUMI CUMI



BAB I
PENDAHULUAN



LATAR BELAKANG
Moluska adalah salah satu hewan avertebrata air yang mempunyai arti penting bagi sumber daya manusia dan sumber daya perairan. Moluska adalah binatang yang lunak, yang hidup sejak periode Cambrian dan terdapat lebih dari 100.000 spesies yang masih hidup sampai saat ini dan 35.000 spesies yang sudah punah dan menjadi fosil. Tubuh moluska berbentuk bulat simetris dan tidak bersegmen. Hidup di air laut, tawar maupun di darat. Sebagian besar jenis mollusca memiliki cangkang (mantel) yaitu lapisan jaringan yang menutupi organ-organ visceral dan membentuk rongga mantel. Walaupun sebagian besar jenis mollusca memiliki cangkang, namun ada beberapa jenis mollusca yang tidak memiliki cangkang (Hartati, 2004).
Menurut beberapa ahli pada filum Mollusca dapat dibedakan menjadi beberapa kelas yaitu: Amphineura/Polyplachopora, Gastropoda, Schaphopoda, Pelecypoda dan Chepalopoda. Dalam kelas Cephalopoda merupakan hewan yang kakinya berada di kepala kaki ini dikenal dengan nama tentakel atau lengan yang berfungsi untuk menangkap mangsanya contohnya adalah cumi-cumi (Loligo sp) (Sudjadi,2007).


BAB II
PEMBAHASAN

Cumi-cumi (Loligo sp) merupakan binatang lunak dengan tubuh berbentuk silindris. Sirip-siripnya berbentuk triangular atau radar yang menjadi satu pada ujungnya. Pada kepalanya disekitar lubang mulutnya terdapat 10 tentakel yang dilengkapi dengan alat penghisap (sucker). Tubuh terdiri dari isi rongga tubuh (visceral mass) dan mantel. Lapisan isi rongga tubuh berbentuk silinder dengan dinding sebelah dalam tipis dan halus. Mantel yang dimilikinya berukuran tebal, berotot, dan menutupi isi rongga tubuh pada seluruh isi serta mempunyai tepi yang disebut leher ( Halon, 1996).
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan penghuni demersak atau semi plagik pada daerah pantai dan paparan benua sampai kedalaman 400m. beberapa spesies hidup sampai di perairan payau. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu pada siang hari akan berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom perairan pada malam hari. Cumi-cumi tertarik pada cahaya (fototaksis positif), oleh karena itu sering ditangkap dengan menggunakan bantuan cahaya (Roper et.al, 1983).
2.1    Klasifikasi Cumi-cumi
Menurut Hegner dan engemann (1986) dalam (Pricillia, 2011), cumi-cumi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom  : Animalia
Filum        : Mollusca
Kelas                    : Cephalopoda
Ordo                     : Decapoda
Famili       : Loliginidae
Genus       : Loligo
Spesies     : Loligo sp.

2.2     Karakteristik Cumi-cumi
Tubuh cumi-cumi berbentuk kerucut yang dikelilingi oleh otot mantel dengan sirip yang berbentuk segitiga pada bagian punggungnya. Di bagian belakang, mantel melekat pada tubuh sedangkan pada bagian perut tidak melekat sehingga terdapat rongga mantel. Pada ujung mantel bagian perut terbuka dan disebut “collar” yang dihubungkan dengan ujung leher oleh semacam tulang rawan sehingga memungkinkan efektifitasnya penutupan rongga mantel (Suwignyo,1989) dalam (Saputra,2011).
Mantel pada tubuh cumi-cumi terdiri dari kulit yang tebal, yang berfungsi untuk melindungi fungsi organ lainnya. Pada bagian bawah tubuhnya terdapat lubang-lubang berbentuk corong yang dinamakan funnel, berguna untuk mengeluarkan air dari ruang mantel, dan juga berfungsi untuk memasukkan oksigen ke insangnya (Gunarso dan Purwangka, 1998).
Cumi-cumi memiliki sifat yang khas yaitu adanya kelenjar tinta yang tersiman dalam kantung tinta.  Kantung tinta ini membuka kea rah anus. Kelenjar tinta ini mensekresi cairan berwarna coklat tua ataupun hitam. Warna gelap pada tinta tersebut disebabkan oleh kandungan melanin yang tinggi. Ketika cumi-cumi dalam keadaan bahaya, maka dalam keadaan kritis mereka akan menyemburkan cairan tinta sambil berlari menghindar. Cairan tinta ini dapat membius indera chemoreceptor, yaitu indera penciuman atau rasa sehingga cumi-cumi tidak disenangi oleh predator terutama ikan. Cumi-cumi dapat mengubah dirinya menjadi kelabu tua, apabila berenang dari tempat berpasir putih ke tempat berbatu (Suwignyo, 1989) dalam (Pricilia,2011).
Cumi-cumi memiliki keistimewaan yaitu mereka memiliki organ berpendar (bercahaya, bioluminescence) yang dikenal dengan fotofor. Fotofor ini yang berada di dalam tubuh, atau dibawah lapisan kulitnya, bahkan ada yang memilikinya pada bola mata maupun sekitar mata mereka (Gunarso dan Purwangka 1998).

2.3    STRUKTUR DAN ANATOMI CUMI-CUMI

Berikut adalah bagian-bagian serta fungsi dari setiaporgan yang dimiliki cumi-cumi:
a.       Faring : bagian depan kerongkongan berfungsi untuk menghisap makanan dari mulut dan membasahi makanan tersebut dengan lendir.
b.      Mult : tempat masuknya makanan.
c.       Mata : sebagai alat penglihatan.
d.      Tentakel : berfungsi sebagai alat gerak, merangsang, memeriksa, dan sebagai alat untuk menangkap mangsa.
e.       Anus : mengeluarkan sisa metabolism.
f.       Hati : mengambil sari-sari makanan dalam darah dan sebagai tempat penghasil empedu.
g.      Esofagus : saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkan rongga mulut dengan lambung.
h.      Insang : sebagai organ pernapasan.
i.        Lambung : sebagai bagian dari organ pencernaan.
j.        Cangkang dalam : sebagai pelindung organ tubuh bagian dalam.
k.      Ovarium : penghasil sel telur.
l.        Rektum : sebagai bagian usus belakang yang membuka ke anus.
m.    Kantung tinta: kantung selaput yang terdapat pada cumi yang mengandung tinta.
Hewan ini memiliki dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna putih yang berfungsi menapis cairan dari ruang pericardium dan membuangnya ke dalam rongga mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus (Clarke, 1986).
2.4    SISTEM PENCERNAAN
Organ pencernaan di mulai dari mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang terbuat dari zat khitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Gerak kedua rahang tersebut dikarenakan kontraksi otot. Terdapat dua kelenjar ludah yang terletak di masa bukal. Kelenjar ludah ke tiga terletak di ujung anterior hati dan mensekresi racun yang akan bermuara ke daerah rahang. Kelenjar pencernaan terdiri atas dua bagian yaitu hati yang terdapat di anterior dan pancreas terletak di posterior. Lambung bersifat muscular dan berfungsi mencampurkan makanan dari hasil sekresi dari kelenjar pencernaan. Zat-zat makanan akan menuju ke dalam usus atau ke dalam sektum, organ pencernaan berikutnya adalah rectum dan anus yang bermuara dalam rongga mantel (Bursca and bursca, 1990).

2.5    SISTEM REPRODUKSI
Beberapa cumi-cumi melakukan reproduksi dengan sexsual. Reproduksi pada cumi-cumi secara seksual. System reproduksi seksual pada cumi-cumi terdiri atas system reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, dan kelenjar kuning telur. Sedangkan pada jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis (Hanlon, 1996).
Cumi-cumi (Loligo sp). Mempunyai system reproduksi yang terppisah (dioecious), dimana gonadnya terletak pada bagian posterior tubuhnya. Spermatophora (sel kelamin jantan) yang sudah matang gonadnya akan di simpan pada nedhem sac. Reproduksi cumi-cumi diawali dengan jantan merayu betina menggunakan warna kulit mereka dan jika diterima oleh betina, kemudian dengan lengan yang disebut hectocotylus untuk menteransfer paket sperma disebut spermatophore, ke betina. Betina memproduksi sekitar 200 telur dan menempelkan pada dasar laut dalam kelompok yang besar bergabung dengan telur betina lainnya. Kadang-kadang “sneaker” jantan mengintai di sekitar sarang telur, kemudian hectocotylus mereka masuk ke dalam tubuh betina untuk menambahkan sperma ke telur betina yang berada di dalam tubuhnya (Rocha,2001).


Berikut gambar-gambar yang di ambil dari jurnal Jantzen and Jon (2005):
Figure 2. Six-frame sequence of “Male-upturned mating” behavior in Sepioteuthis australi. The male (top) swims into a position over the female (bottom: a). the male then rotates to the upside-down position (b) gathers spermatophores (Sp) from the funnel with the left 4th(hectoctlyzed) arm (c). the hectolyzed arm then moves down the right 4tharm that is positioned in the buccal area of the female (d) and deposits spermatophores in this area (e). Copulation is complete, and the male rotates baack to the normal swimming position (f). Total time elapsed _3 s.









BAB III
PENUTUP



A.      KESIMPULAN

Cumi-cumi (Loligo sp) merupakan binatang lunak dengan tubuh berbentuk silindris. Sirip-siripnya berbentuk triangular atau radar yang menjadi satu pada ujungnya. Pada kepalanya disekitar lubang mulutnya terdapat 10 tentakel yang dilengkapi dengan alat penghisap (sucker). Tubuh terdiri dari isi rongga tubuh (visceral mass) dan mantel. Lapisan isi rongga tubuh berbentuk silinder dengan dinding sebelah dalam tipis dan halus. Mantel yang dimilikinya berukuran tebal, berotot, dan menutupi isi rongga tubuh pada seluruh isi serta mempunyai tepi yang disebut leher ( Halon, 1996).
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan penghuni demersak atau semi plagik pada daerah pantai dan paparan benua sampai kedalaman 400m. beberapa spesies hidup sampai di perairan payau. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu pada siang hari akan berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom perairan pada malam hari. Cumi-cumi tertarik pada cahaya (fototaksis positif), oleh karena itu sering ditangkap dengan menggunakan bantuan cahaya (Roper et.al, 1983).













DAFTAR PUSTAKA


Bursca, R.C and G.J. Brusca. 1990. Invertebrates Sinauter Associates. Inc Publishers; Sunderland Massachusetts.
Clarke, M.R. 1986. A Handbook For the Identification of Cephalopod Beaks. Clarendron Press; Oxford
Gunarso, W dan Purwangka. 1998. Cumi-Cumi serta Kerabatnya. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor; Bogor.
Hadi, Susantoro. S. Trijoko, Y.A. Purwesti. 2005. Biologi Kelas X jilid Ib. edisi 2005. Sunda Kelapa; Bandung.
Hanlon, R.T. and J.B. Messenger. 1996. Cephalopod Behavior. Cambridge University Press; Cambridge.
Hartati, Sri. 2004. Panduan Pembelajaran Biologi. Mediatama; Surakarta.
Jantzen, Troy M. and Jon N. Havenhand. 2003. Journal: Reproductive Behavior in the Squid (Sepioteuthis australis) From South Australia: Interactions on the Spawning Grounds. School of Biological Sciences Flinder University; Adelaide.
Pricillia, V. 2011. Journal: Karakteristik Cumi-cumi (Loligo sp). Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor; Bogor.
Rocha, F., Guerra A. and Gonzalez A.F. 2001. A review of Reproductive strategies in cephalopods. Biol. Rev.76,291-304.
Roper, C.F.E. and G.L. Voss. 1983. Guidelines for taxonomic description of cephalods species. Mem. Natl. Mus. Vic. 44: 48-63.









MAKALAH
CUMI CUMI

 








DISUSUN OLEH :
NAMA                : SARDIN
NIM           : 91401001
                                       PRODI               : PERIKANAN




SEKOLAH TINGGI ILMU  PERTANIAN WUNA
( STIP WUNA )
2015




Demikianlah Artikel MAKALAH CUMI CUMI

Sekianlah artikel MAKALAH CUMI CUMI kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel MAKALAH CUMI CUMI dengan alamat link https://contoh-definisi-pengertian.blogspot.com/2015/09/makalah-cumi-cumi.html