FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015 - Hallo sahabat CONDENPE, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015
link : FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015

Kamu Bisa Download File FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015 di bawah ini !

Baca juga


FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015



FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN                  MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE                  JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015

 




                                                                                                              



KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma III Kebidanan




Oleh :

A G U S T I N A
AK 120274






AKADEMI KEBIDANAN YAYASAN KESEHATAN NASIONAL
BAU- BAU
2015

HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA     PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN                                    MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI                                                                     TAHUN 2015



Oleh :

A G US T I N A
NIM. AK 120274




Karya Tulis Ilmiah ini diterima dan disetujui, untuk diuji dan dipertahankan didepan  Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan                 Yayasan Kesehatan Nasional Bau-bau

                      


       Pembimbing I                                                               Pembimbing II



                 
  Jeny Priscillya, S.ST, M.Kes                                            Yasrida, SKM                                                




Mengetahui,
Direktur AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Bau bau





Sapril, SKM, M.Sc
HALAMAN PENGESAHAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA     PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN                                    MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI                                                                     TAHUN 2015

Oleh :

A G U S T I N A
NIM. AK 120274


Telah dipertahakan di hadapan tim penguji pada:
Hari/Tanggal             : Jumat/04 September 2015
Waktu                         : 13.00 wita
Tempat                                   : AKBID Yayasan Kesehatan Nasional
         
Telah diperbaiki dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Pembimbing :

1.    Jeny Priscillya, S.ST, M.Kes                                      (……………………….)
2.    Yasrida, SKM                                                               (……………………….)
Penguji :
1.  Harmin Toha,S.ST, M.Kes                                           (……………………….)
Mengetahui :

Direktur AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Bau bau




Safril, SKM, M.Sc



BIODATA PENULIS


1.    Identitas Penulis
a.       Nama                                     : Agustina
b.      Nim                                         : AK 120 274
c.       Tempat / tanggal lahir         : Pajala, 17 Agustus 1994
d.      Jenis Kelamin                      : Perempuan
e.       Agama                                   : Islam
f.       Suku / Bangsa                     : Bugis / Indonesia
g.      Alamat                                    :Desa Pajala Kecamatan Maginti
2.    Pendidikan
Tamat SD Negeri 02  Maginti Tahun 2006
Tamat SMP Negeri 04 Tikep Tahun 2009
Tamat SMA Negeri 01 Maginti Tahun 2012
Masuk Akademi Kebidanan YKN Kabupaten Muna Tahun 2012 sampai sekarang.





INTISARI
Agustina (AK 120 274) “Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari S/D Juni Tahun  2015” (Dibimbing Jeny Priscillya, S.ST, M.Kes dan Yasrida, SKM).

                                                                5 bab, 51 halaman, 10 tabel, 6 lampiran

Latar belakang : Keluarga Berencana dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, pembinaan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2008).
Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi  di Indonesia, masih perlu ditingkatkan guna mencegah terjadinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun 2015. Saat ini, ledakan penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia. Kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong pemerintah Indonesia membuat beberapa kebijakan-kebijakan penting. Sebab, penduduk yang banyak tanpa disertai kualitas yang memadai justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi  hormonal pada  akseptor aktif di  Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional.Sampel penelitian sebanyak 50 orang
Hasil Penelitian :  Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, pengetahuan dan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna barat periode Januari s/d Juni tahun 2015.

Kata kunci    : Penggunaan kontrasepsi hormonal, umur, pengetahuan, dukungan suami









KATA PENGANTAR
Puji Dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Allah SWT. Berkat Karunia-Nya jualah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tepat pada waktunya yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di akademi kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau kelas kerjasama Kabupaten Muna dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015 ”.
Dalam penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menghadapi banyak kesulitan dan hambatan. Namun atas Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yangsetinggi-tingginya kepada :
1.    Bapak Safril, SKM, M.Sc, selaku Direktur Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional.
2.    Ibu Jeny Priscillya, S.ST, M.Kes. selaku pembimbing I dan ibu Yasrida, SKM, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan sejak awal sampai dengan terselesaikannya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
3.     Ibu Harmin Toha, S.ST, M.Kes, selaku penguji yang siap selalu meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan mengarahkan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.     
4.     Seluruh dosen dan staff pengajar Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-bau Kelas Kerjasama Kabupaten Muna yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu pengetahuan selama mengikuti pendidikan.
5.     Bapak Ambo Ibrahim , selaku kepala desa Pajala yang telah memberikan izin untuk dapat meneliti.
6.     Kepada ayahanda Sukardin Abbas dan ibunda Marwah yang telah banyak membantu penulis baik dalam bentuk material, tenaga maupun doa yang tulus dan ikhlas sejak kecil sampai saat ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang kusayangi ini.
7.     Dan tak terlupakan kepada saudara-saudaraku yang telah banyak membantu penulis pada masa studi.
8.     Seluruh rekan-rekan mahasisiwi Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-bau Kelas Kerjasama Kabupaten Muna angkatan 2012 - 2015 yang penulis tak bisa sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan dalam suka maupun duka selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-bau Kelas Kerjasama Kabupaten Muna.
Akhirnya penulis berdo'a semoga pihak yang telah membantu, mendapatkan petunjuk, lindungan dan kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Amin……

                                                                           Raha,    Agustus  2015

                                                                                        Penulis
















DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………................      i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................  iii
RIWAYAT HIDUP.....................................................................................   iv
INTISARI.................................................................................................      v
KATA PENGANTAR.................................................................................  vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………................      ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................   xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................  xii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................   xiii

BAB I  PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang……………………………………………..........      1
B.   Rumusan Masalah…………………………………………........     4
C.   Tujuan Penelitian…………………………………………...........    4
D.   Manfaat Penelitian…………………………………...................      5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.   Telaah Pustaka.......................................................................              7
B.   Kerangka Konsep.................................................................. 28
C.   Hipotesis Penelitian................................................................           28
D.   Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif.............................      30

BAB III METODE PENELITIAN
A.       Jenis Penelitian………………………………………………..     31
B.       Tempat dan Waktu Penelitian..............................................         31
C.       Populasi dan Sampel...........................................................          31
D.       Metode Pengumpulan Data.................................................         32
E.       Instrumen Penelitian...........................................................           32
F.        Pengolahan dan Penyajian Data...........................................      33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.        Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................        36
B.        Hasil Penelitian................................................................... 36
C.        Pembahasan........................................................................            43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan..............................................................................  51
B.   Saran........................................................................................   51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

















DAFTAR TABEL

Tabel 1           Defenisi operasional dan kriteria obyektif................................   30

Tabel 2           Distribusi pendidikan responden..............................................37

Tabel 3           Distribusi pekerjaan responden................................................37

Tabel 4           Distribusi penggunaan kontrasepsi.........................................    38

Tabel 5           Distribusi umur responden.......................................................     38

Tabel 6           Distribusi pengetahuan responden..........................................   39

Tabel 7           Distribusi dukungan suami.......................................................39

Tabel 8           Hubungan umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal..         40

Tabel 9           Hubungan pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal..................................................................................         41

Tabel 10         Hubungan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal..................................................................................         42












DAFTAR GAMBAR
Gambar 1       Kerangka konsep penelitian...................................................28






















DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.    Lembar persetujuan responden
2.    Kuisioner Penelitian
3.    Surat izin penelitian
4.    Surat keterangan telah melakukan penelitian di desa Pajala
5.    Mastertabel hasil  penelitian
6.    Hasil SPSS 16















BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Keluarga Berencana dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, pembinaan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2008).
Secara garis besar masalah pokok di bidang kependudukan yang di hadapi Indonesia adalah jumlah pertumbuhan penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi yakni dari tahun 1971 sampai tahun 1980 sebanyak 28.282.069 jiwa (23,72%). Secara keseluruhan rata-rata kenaikan jumlah penduduk setiap 10 tahun hampir mencapai 20%. Perlu diketahui bahwa menurut perkiraan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, jumlah penduduk Indonesia akan menjadi 250 juta jiwa pada tahun 2014 dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun. Salah satu penyebab bertambahnya jumlah penduduk adalah tingginya tingkat kelahiran (SDKI, 2012).
Salah satu upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah dengan program Keluarga Berencana (KB).  Program KB yang ditujukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan mengajak seluruh masyarakat Pasangan Usia Subur (PUS) untuk menjadi akseptor KB. Semakin banyak penduduk yang berpartisipasi  dalam program KB, maka angka kenaikan laju pertumbuhan penduduk yang berlebihan akan bisa ditekan (BPS Kabupaten Muna, 2014).
Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi  di Indonesia, masih perlu ditingkatkan guna mencegah terjadinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun 2015. Saat ini, ledakan penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia. Kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong pemerintah Indonesia membuat beberapa kebijakan-kebijakan penting. Sebab, penduduk yang banyak tanpa disertai kualitas yang memadai justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional (BKKBN, 2013).
Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode 2010-2015 rata-rata sebesar 2,18%, sedangkan antara tahun 2015-2020 turun sebesar 1,97% per tahun. Dengan jumlah perkembangan jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar  2.370.549 jiwa (BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014).
Seiring dengan data yang didapat dari SDKI 2012, untuk peserta keluarga berencana pada wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah dari 51,5% akseptor aktif yang menggunakan alat kontrasepsi dengan cara modern sebanyak 48,4%, terdiri dari metode operasi wanita (MOW) sebanyak 1,5%, metode operasi pria (MOP)  sebanyak 0,0%, pil sebanyak 15,1%, IUD sebanyak 1,3%, suntik sebanyak 23,9%, implan sebanyak 6,2%, kondom sebanyak 0,3% dan MAL 0,0%. Akseptor aktif yang menggunakan cara tradisional sebanyak 3,0%, terdiri dari pantang berkala 0,4%, senggama terputus 1,9%, lainnya 0,7%, dan pasangan usia subur (PUS) yang tidak sama sekali menggunakan alat kontrasepsi yaitu 48,5%.
Sedangkan pencapaian Keluarga Berencana (KB) aktif per Januari 2014 untuk wilayah Kabupaten Muna adalah sebanyak 45.711 jiwa, yang menjadi peserta KB aktif tercatat sebanyak 35.117 peserta dengan rincian masing-masing per metode kontrasepsi, suntik sebanyak 16.973 (37,17%), pil sebanyak 17.167 (37,56%), implan sebanyak 5.718 (12,51%), IUD 1.472 (3,22%), MOW sebanyak 480 (1,05%), kondom sebanyak 1.296 (2,84%), MOP sebanyak 461 (1,01%). Jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor KB aktif di Kecamatan Maginti adalah suntik (7,27%), pil (5,51%), implant (2,40%), kondom (0,53%), IUD (0,64%), dan MOW/MOP (0,41%). Pencapaian peserta KB aktif di Kecamatan Maginti pada tahun 2014 sebesar 21,75% dari target 1.706 akseptor (BPS, 2014).
Berdasarkan data pra-survey yang penulis lakukan di desa Pajala Kecamatan Maginti pada tahun 2014 jumlah PUS 172 akseptor, dimana terdiri dari pengguna KB suntik 68 (39,5%) akseptor, KB pil 51 (29,6%) akseptor, implan 28 (16,3%) akseptor, IUD 17 (9,9%) akseptor dan kondom  8 (4,7%) akseptor. Tahun 2015 jumlah PUS sebanyak 101orang, dan yang menjadi akseptor aktif sebanyak 50 orang, terdiri dari kontrasepsi hormonal yaitu suntik 12 orang (57,1%), pil 5 orang (23,8%), dan implant 4 orang (19,2%). Dan 29 orang menggunakan alat kontrasepsi non hormonal yang terdiri dari IUD sebanyak 9 orang (31,3%), kalender 3 orang (10,34%), pantang berkala 8 orang (27,58%)  dan kondom 9 orang (31,3%).   
Pemakaian  kontrasepsi  hormon sintetik  jangka  panjang  memang mempunyai  risiko.  Pemakaian  suntik KB  3 bulan, pil KB dan implant   bagi  wanita  yang memasuki  masa  menopause,  akan berisiko terkena  osteoporosis. Selain itu,  penggunaan  kontrasepsi  hormonal jangka  panjang  dapat  meningkatkan risiko  peningkatan  kejadian  kanker (BKKBN, 2008).       
Dengan adanya bermacam-macam jenis alat kontrasepsi yang ada, sehingga seorang ibu harus  menentukan pilihan kontrasepsi yang dianggap sesuai. Pemilihan alat kontrasepsi di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor predisposisi (umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan jumlah anak), faktor pendukung (ketersedian alat kontrasepsi, jarak rumah ke fasilitas pelayanan kontrasepsi dan biaya),  faktor pendorong (dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan) (Purba, 2009).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar  belakang dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: “ Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan  penggunaan kontrasepsi  hormonal pada akseptor aktif di  Desa Pajala Kecamatan  Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015?”
C. Tujuan Penelitian
1.    Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi  hormonal pada  akseptor aktif di  Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015.
2.    Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a.    Hubungan umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonalpada  akseptor aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015.
b.    Hubungan pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonalpada  akseptor aktif di  Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015.
c.    Hubungan  dukungan  suami  dengan  penggunaan  kontrasepsi hormonalpada  akseptor aktif di  Desa Pajala Kecamatan  Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1.  Manfaat Program
a.    Hasil penelitian ini  dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam merencanakan dan mengembangkan program intervensi kesehatan untuk mengatasi masalah yang ada yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal.
b.  Menjadi sumber infomasi atau sumber data sebagai bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan tentang kontrasepsi hormonal.
2.  Manfaat Institusi
Mengembangkan kurikulum dan meningkatkan peran pendidik dalam menyampaikan pengetahuan tentang alat kontrasepsi hormonal bagi mahasiswa secara lebih menarik sehingga mampu mengaplikasikan sebagai usaha preventif.
3.  Manfaat Ilmiah
a.  Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan khususnya tentang kontrasepsi hormonal.
b.  Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
c.   Sebagai referensi bagi rekan–rekan yang ingin melanjutkan penelitian ini, serta sebagai bahan bacaan dalam meningkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi hormonal.
4. Manfaat bagi peneliti
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan bagi peneliti. tentang kontrasepsi hormonal pada  akseptor aktif.




    
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Telaah Pustaka
1.    Tinjauan Umum Tentang Program Keluarga Berencana
Tujuan  dari  program  keluarga  berencana  adalah  untuk membangun  manusia  Indonesia  sebagai  obyek dan  subyek  pembangunan melalui  peningkatan  kesejahteraan  ibu,  anak,  dan  keluarga. Selain  itu program  KB  juga  ditujukan  untuk  menurunkan  angka  kelahiran  dengan menggunakan  salah  satu  jenis  kontrasepsi  secara  sukarela  yang  didasari keinginan dan tanggung jawab seluruh masyarakat.Upaya unuk menurunkan angka  kelahiran  sekaligus  membentuk  keluarga  sejahtera  merupakan cerminan dari program KB (Bappeda, 2013).
Menurut UU no. 52 Tahun 2009 Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi  untuk  mewujudkan  keluarga  yang  berkualitas.  Sedangkan pengaturan  kehamilan  adalah  upaya  untuk  membantu  pasangan  suami  istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak  kelahiran  anak  yang  ideal  dengan  menggunakan  cara,  alat,  dan  obat kontrasepsi.
Pelayanan  KB yang  berkualitas  berdampak  pada  kepuasan  pada klien yang dilayani dan terpenuhinya aturan penyelenggaraan Pelayanan KB sesuai  dengan kode  etik dan standar  pelayanan yang  telah  ditetapkan. Kompetensi tenaga yang memberikan pelayanan KB merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas pelayanan KB selain faktor-faktor lain seperti prasarana  dan  sarana  penunjang,  alat,  dan  obat  kontrasepsi,  ketersediaan pedoman  pelayanan  dan  upaya  untuk  menjaga  mutu.  Ditinjau  dari  sudut standar  pelayanan,  Pelayanan  KB  yang  berkualitas  adalah  bila  tingkat  komplikasi, ketidakberlangsungan dan kegagalan rendah atau berada dalam batas toleransi (Kemenkes R.I, 2013).
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadi konsepsi. Cara ini dapat  bersifat reversibel,  dapat  pula  bersifat  permanen (Varney, 2006). Kontrasepsi  yang  dianggap  ideal  seharusnya  100% efektif,  sangat aman,  tidak  menimbulkan  nyeri  dan  reversibel.  Kontrasepsi  seharusnya tidak  mengganggu  spontanitas,  tidak  mengotori,  tidak  berbau,  atau  berasa menyengat.  Selain  itu  harus  mudah  digunakan,  murah,  tidak  bergantung pada  ingatan  penggunanya,  dan  tidak  bergantung  pada  petugas  kesehatan.
Metode  yang  digunakan  juga  tidak  bertentangan  dengan  budaya  setempat, sehingga  dapat  diterima  oleh  para  penggunanya.  Salah  satu  yang  menjadi pertimbangan  untuk kontrasepsi  saat  ini  adalah  perlindungan  dari  infeksi menular  seksual,  namun  kontrasepsi  semacam  itu  sampai  saat  ini  belum tersedia (Varney, 2006). Di  Indonesia  dalam  Persyaratan  kontrasepsi  harus  memasukkan syarat reversibel yang  merupakan  salah  satu  syarat  penting  dari  satu kontrasepsi  yang  dianggap  ideal.  Hal  ini  sependapat  dengan  fatwa  MUI yang  mengisyaratkan  bahwa  kontrasepsi  tidak  boleh  permanen  haruslah bersifat reversible atau sementara/dapat balik (Varney, 2006).
Menurut  Hanafi  (2003)  yang  dikutip  Nazilah  (2013),  Metode kontrasepsi adalah cara KB yang digunakan untuk menunda, menjarangkan, atau mencegah terjadinya kehamilan. Seperti yang diurakain Adzlan (2011), sebagai berikut:
a.  Masa Menunda Kehamilan
Kelahiran anak dari  seorang  wanita  yang  usianya belum mencapai 20  tahun dapat  mempengaruhi  kesehatan  ibu  dan  anak  yang dilahirkan. Apabila wanita sudah kawin sebelum usia  20  tahun,  maka disarankan untuk menunda kehamilan, dengan memakai alat kontrasepsi. Beberapa  alasan  medis untuk menunda kehamilan anak pertama  bagi ibu yang usianya belum 20 tahun adalah sebagai berikut:
1)  Risiko  kesakitan  dan  kematian  pada  saat  persalinan,  nifas  serta bayinya disebabkan  karena belum  optimal perkembangan  rahim  dan panggul.
2)  Risiko  medik  yang  ditimbulkan  yaitu keguguran, preeklamsi (tekanan  darah  tinggi,  cedema,  proteinuria), eklamsia  (keracunan kehamilan), penyulit persalinan, prematur, berat  bayi  lahir  rendah (BBLR), fistula vesiko vaginal  (merembesnya  air seni  ke  vagina), fistula retro vaginal  (keluarnya  gas  dan  feses/tinja  ke  vagina),  kanker leher rahim alat kontrasepsi yang dianjurkan untuk menundaan kehamilan sebelum usia 20 tahun adalah:
a)  Peserta masih muda dan sehat dianjurkan menggunakan oral pil
b)  Bagi pasangan yang sering  bersenggama  (frekuensi  tinggi)  kurang menguntungkan apabila  menggunakan  kondom  karena  akan memiliki kegagalan tinggi.
c)  Pilihan ke dua adalah AKDR/Spiral/IUD sesuai dengan ukuran rahim bagi yang belum mempunyai anak.
b.  Masa menjarangkan kehamilan
Wanita  yang  telah  berpasangan sebaiknya  melahirkan  pada periode usia 20-35  tahun karena pada  usia  ini  merupakan masa menjarangkan  kehamilan,  sehingga tidak  terjadi risiko-risiko  medik seperti yang diuraikan diatas. Dalam usia 20-35 tahun dianjurkan untuk memunyai 2  anak dengan  jarak  anak  pertama  dan  kedua sekitar  7-8 tahun karena  jangan  sampai terjadi  dua  balita  dalam  periode  5  tahun.Oleh karena itu alat kontrasepsi sangat dianjurkan untuk menjarangkan kehamilan agar  ibu  dapat  menyusui  anaknya  dengan  cukup  banyak  dan lama. 

c.   Masa Mencegah Kehamilan
Usia 35 tahun ke atas merupakan masa pencegahan kehamilan karena  wanita  yang melahirkan  anak  diatas  usia  35  tahun  banyak mengalami  risiko  medik sehingga  dianjurkan  penggunaan  alat kontrasepsi sebagai pencegahan kehamilan. Diharapakan alat kontrasepsi yang  akan  digunakan berlangsung  sampai selesai  masa  reproduksi seorang wanita yaitu 20 tahun dimana seorang wanita sudah berusia 50 tahun. Bagi  wanita  yang  telah  berpasangan, alat kontrasepsi  yang    dianjurkan yaitu:
1)  Pertama  pemakaian kontrasepsi  pada  masa pencegahan kehamilan yaitu kontrasepsi mantap (MOW, MOP).
2)  Ke dua pemakaian kontrasepsi IUD/AKDR/Spiral
3)  Pada usia ibu yang sudah tua penggunaan oral pil kurang dianjurkan karena mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan.

2.     Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi hormonal
a.    Pil KB
1)    Pengertian
Pil KB biasanya megandung estrogen dan progesteron. Cara kerja pil KB adalah dengan cara menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron dan menekan hormon yang dihasilkan ovarium dan relesing faktor yang dihasilkan otak sehingga ovulasi dapat dicegah. Efektivitas metode ini secara teoritis mencapai 99%  atau 0,1–5 kehamilan per 100.
Wanita pada pemakaian di tahun pertama bila digunakan dengan tepat. Tetapi dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,7-7%.
2)    Keuntungan pil KB:
a)    Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin
b)    Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama
c)    Reversibilitas tinggi
d)    Efek samping sedikit
e)    Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB dapat diberikan oleh petugas non medis yang terlatih
f)     Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kanker ovarium, kehamilan ektokpik, dan lain-lain.
3)    Kerugian pil KB
a)    Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap hari
b)    Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi
c)    Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu
d)    Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa
e)    Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual
b.    Kontrasepsi  suntikan KB
1)    Pengertian
Kontrasepsi suntik yang biasa tersedia adalah Depo-provera yang hanya mengandung progestin dan diberikan tiap 3 bulan.
2)    Cara kerja kontrasepsi suntik
Mencegah ovulasi, mengentalkan lerndir serviks, dan menghambat perkembangan siklis endometrium. Efektivitas dari kontrasepsi suntik sangat tinggi mencapai 0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan. Angka kegagalan metode ini <1 kehamilan per 100 wanita per tahun.
3)    Keuntungan kontrasepsi suntik
a)    Sangat efektif
b)    Memberikan perlindungan jangka panjang selama 3 bulan
c)    Bila digunakan bersama pil KB dapat mengurangi resiko yang ditimbulkan karena lupa meminum pil KB
d)    Tidak mengganggu senggama
e)    Bisa diberikan oleh petugas non medis yang terlatih
f)     Mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh Estrogen karena metode ini tidak mengandung Estrogen
4)    Kerugian kontrasepsi suntik
a)    Berat badan naik
b)    Siklus menstruasi kadang terganggu
c)    Pemulihan kesuburan kadang-kadang terlambat
c.    Implan/susuk KB
1)    Pengertian
Implan/susuk adalah kontrasepsi sub-dermal yang mengandung Levonorgestrel (LNG)  sebagai bahan aktifnya.
Implan/susuk adalah 2 atau 6 kapsul (seperti korek api) yg    dimasukkan ke bawah kulit lengan atas, secara perlahan melepaskan hormoneprogesteron selama 3 atau 5 tahun.    
2)  Efek Samping
Dapat mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan menghambat perkembangan siklis endo metrium. Tingkat keberhasilannya (efektifitas) 97-99%.
3)  Keuntungan
a)  Tidak menekan produksi ASI
b)  Praktis dan efektif  
c)  Tidak harus mengingat-ingat
d)  Masa pakai jangka panjang (3-5 tahun)
e)  Kesuburan cepat kembali setelah pengangkatan
f)   Dapat digunakan untuk yg tidak cocok dgn hormon estrogen
4)  Kerugian
a)  Pemasangan harus dengan petugas kesehatan yang terlatih
b)  Dapat menyebabkan perubahan pola haid
c)  Pemakai tidak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri (Sarwono, 2003).
3.    Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Kontrasepsi
Menurut  Bertrand  (1980)  seperti  dikutip  Nazilah  (2013) mengatakan  bahwa  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  penggunaan kontrsepsi adalah faktor  sosio-demografi, faktor sosio-psikologi dan faktoryang  berhubungan  dengan  pelayanan  kesehatan. Faktor sosio-demografi yang berpengaruh adalah pendidikan, pendapatan, pekerjaan, umur, paritas, suku  dan  agama. Penggunaan  kontrasepsi  lebih  banyak  pada  wanita  yang berumur  20-30  tahun  dengan  jumlah  anak  lebih  dari  2  orang.
Penerimaan keluarga berencana lebih banyak pada mereka yang memiliki standar hidup yang  lebih  tinggi. Faktor  sosio-psikologi  yang  penting  adalah  ukuran  anak ideal,  pentingnya  nilai  anak  laki,  sikap  terhadap  keluarga  berencana, komunikasi  suami  istri,  dan  persepsi  terhadap  kematian  anak. Sedangkan faktor  yang  berhubungan  dengan  pelayanan  kesehatan  adalah  keterlibatan dalam  yang  berhubungan  dengan  keluarga  berencana,  pengetahuan  tentang sumber kontrasepsi, jarak kepusat pelayanan, dan keterlibatan dengan mediamasa.
Teori yang dikembangkan oleh Philips dan Morrison (1998) yaitu faktor-faktor  yang  mempengaruhi  pemanfaatan  pelayanan  kesehatan  yaitu faktor lingkungan yang melihat hubungan antara system layanan kesehatan dengan  lingkungan  luarnya,  dan  karakteristik  populasi  yang  mencakup karakteristik pendukung (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor)  dan  faktor  kebutuhan  (needs).  Kedua  faktor  tersebut  akan mempengaruhi  pola  perilaku  kesehatan  yang  terdiri  dari  pilihan  kesehatan perorangan dan penggunaan pelayanan kesehatan. Ketiga kelompok variabel yang saling berhubungan tersebut pada gilirannya akan memberikan dampak pada  derajat  kesehatan,  yang  digambarkan  antara  lain  dengan  tingkat morbiditas dan mortalitas (Kemenkes R.I, 2013).
Woyanti (2005) mengatakan bahwa harga perolehan kontrasepsi, biaya  hidup  anak  dan  pendapat  keluarga  mempengaruhi  pemilihan kontrasepsi wanita. Varney  (2006)  mengatakan  bahwa  faktor  yang  akan mempengaruhi  pemilihan  metode  kontrasepsi  adalah keinginan untuk mengendalikan kelahiran secara permanen  atau  sementara, keefektifan metode yang  digunakan, pengaruh  media, kemungkinan  efek  samping dan pertanyaan yang  mungkin  muncul  tentang  keamanan  suatu  metode, kemungkinan manfaat kesehatan yang  dapat  diperoleh  dari  setiap  metode, kemampuan  suatu  metode  untuk  mencegah  penyakit  (HIV,  penyakit menular  seksual,  kanker),  perkiraan  lamanya  penggunaan  metode kontrasepsi, biaya, frekuensi  hubungan  seksual, jumlah  pasangan  seksual, faktor seksual, faktor agama (apakah metode tertentu dikenakan sanksi oleh badan-badan  keagamaan  yang dianut  individu  atau  pasangan, faktor psikologis (perasaan tentang  setiap  aspek  yang  terkait  dengan  metode tertentu misalnya  pengalaman  dimasa  lalu yang  tidak  menguntungkan karena  penggunaan metode tertentu),  dan kemudahan  menggunakan  satu metode tertentu.
Tedjo  (2009)  mengatakan  bahwa ada  hubungan keikutsertaan dalam jamkesmas  dan  dukungan  pasangan  dengan  pemilihan  jenis kontrasepsi  yang  digunakan  pada  keluarga  miskin  sedangkan  variabel  lain tidak berhubungan. Kusumaningrum (2009)  mengatakan  bahwa  umur  istri,  jumlah anak,  dan  tingkat  pendidikan mempengaruhi  pemilihan  jenis  kontrasepsi yang  digunakan  pada  PUS.  dan  setelah  dilakukan  uji  Binarylogistik diketahui bahwa umur istri merupakan faktor yang paling berpengaruh.
Menurut Ali. R, (2013) menyatakan bahwa pengetahuan, pendidikan, dan  ketersedian  alat  kontrasepsi berhubungan  dengan  pemakaian  alat  KB pada  PUS. Pengetahuan  karena  banyaknya  informasi  yang  diperoleh  oleh akseptor  baik  dari  petugas  kesehatan  maupun  dari  media  menjadikan pengetahuan  akseptor  menjadi  lebih  baik. Pendidikan  berhubungan  dengan penggunaan  alat  kontrasepsi  pada  PUS  karena  rendahnya  pendidikan  PUS menjadikan kontrasepsi kurang diminati, hal ini berdampak pada banyaknya anak  yang  dilahirkan  dengan  jarak  persalinan  yang  dekat. Faktor ketersediaan alat kontrasepsi juga mempengaruhi PUS untuk menggunakan kontrasepsi, kontrasepsi yang tersedia dengan lengkap dan mudah diperoleh dapat meningkatkan pemilihan kontrasepsi.
Sitopu  (2012)  mengatakan  bahwa  pengetahuan  akseptor  KB berhubungan  dengan  penggunaan  alat  kontrasepsi. Semakin  tinggi  tingkat pendidikan  seseorang  semakin  baik  pengetahuan seseorang  tentang  alat kontrasepsi  dan  semakin  rasional  dalam  menggunakan  alat  kontrasepsi. Tingginya tingkat pendidikan seseorang juga akan mendukung mempercepat penerimaan informasi KB pada pasangan usia subur.
Dari  hasil  penelitian  yang  dilakukan  secara kualitatif  oleh Handayani et.al., (2012)  bahwa  masih  banyak  akseptor  yang  menentukan metode  yang  dipilih  hanya  berdasarkan  informasi  dari  akseptor  lain berdasarkan  pengalaman  masing-masing.  Sebagian  petugas  kesehatan kurang  melakukan  konseling  dan  pemberian  informasi  yang  menyebabkan kurangnya  pengetahuan  klien  dalam  memilih  jenis  KB. Namun  masyarakat mentolerir  pelayanan  KB  meskipun  pelayanan  KB  belum  seluruhnya memenuhi  syarat  pelayanan  berkualitas. Informasi  yang  baik  dari  petugas membantu  klien  dalam  memilih  dan menentukan metode kontrasepsi  yang dipakai.  Informasi  yang  baik  akan  memberikan  kepuasan  klien  yang berdampak  pada  penggunaan  kontrasepsi  yang  lebih  lama  sehingga membantu keberhasilan KB.
a.  Umur
Umur yang dimaksud di sini adalah umur akseptor KB. Umur mempengaruhi akseptor dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dari faktor-faktor umur dapat ditentukan fase-fase.
Pembagian umur menurut Manuaba (2009), dari sudut kematian maternal usia reproduksi di bagi dalam:
1.  Umur di bawah 20 tahun masa menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah pil KB, AKDR.
2.  Umur 20 sampai 35 tahun, masa mengatur kesuburan atau aman untuk hamil dan bersalin.
Periode usia istri antara 20-35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anaklagi. Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
3.  Umur lebih dari 35 tahun, masa mengakhiri kehamilan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anakdan umur lebih dari 35 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena kalau terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB (Pinem, 2009).
Menurut  Hartanto (2004),  umur  di  bawah  20  tahun  dan  di  atas  35  tahun  sangat  berisiko terhadap  kehamilan  dan  melahirkan,  sehingga  berhubungan  erat  dengan  pemakaian  alat kontrasepsi. Periode umur wanita antara 20–35 tahun adalah periode yang paling baik untuk melahirkan. Pasangan usia subur yang telah melahirkan anak pertama pada periode ini, sangat dianjurkan  untuk  menggunakan  kontrasepsi  dengan  tujuan  untuk  menjarangkan  kehamilan. Apabila  ibu  merencanakan  untuk  mempunyai  anak,  kontrasepsi  dapat  dihentikan  sesuai  keinginan ibu dan kesuburan akan segera kembali.


b.  Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan yakni tahu (know), memahami (confrehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis),sintetis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang sudah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. memahami sesuatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Sedangkan analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau mensahkan, kemudian menjalin hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masaiah atau objek yang diketahui.
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Kemampuan (abilities) merupakan sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas (Mulyasa. E, 2012). Kemampuan dalam hal ini mencakup minat dan sikap individu. Tanpa kedua hal tersebut, seseorang tidak akan mampu menunjukkan hasil kerja yang baik, walaupun pengetahuan dan keterampilan telah dimilikinya.
Dengan adanya minat dan sikap seseorang maka terbentuklah praktek. Sebagaimana ungkapan Notoatmodjo (2009) bahwa : "Praktek merupakan wujud dari sikap karena adanya fasilitas sarana dan prasarana". Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi "tiga tingkatan menurut kualitasnya yaitu :
1)  Praktek terpimpin atau (guided response) adalah tindakan subjek atau seseorang dalam melakukan sesuatu tapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
2)  Praktik secara mekanisme (mechanism) adalah tindakan subjek atau seseorang dalam mempraktekkan sesuatu hai secara otomatis.
Adopsi (adoption) adalah suatu tindakan atau praktek yang sudah berkembang artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku berkualitas.
Dalam Ngatimin (2009), Cognitive domain (pengetahuan) menurut Benjamin S. Bloom (2010), menyatakan bahwa tujuan domain ini ditekankan tentang tujuan pengetahuan dalam hubungan pengembangan intelektual dan keterampilan, dalam cognitive domain terdapat 6 tingkatan :
1)  Tingkat C-1 ; Pengetahuan.
Bila seorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah dipelajarinya, sejauh ini hanya istilah-istilah saja.
2)  Tingkat C-2; Perbandingan secara menyeluruh (comprehensive) Bila seorang berada pada tingkat kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya.
3)  Tingkat C-3 ; Penerapan (application)
Bila seorang berada pada kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajarinya dad suatu situasi ke situasi lain.


4)  Tingkat C-4 ; Analisis (analysis)
Bila seorang memiliki kemampuan lebih meningkat lagi. la telah mampu menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisis hubungan satu dengan lainnya.
5)  Tingkat C-5 ; Sintesis (synthesis)
Bila seseorang memiliki disamping kemampuan untuk menganalisis, iapun mampu menyusun kembali baik ke bentuk semula maupun ke bentuk lainnya.
6)  Tingkat C-6 ; Evaluasi (evaluation)
Bila seorang memiliki pengetahuan secara menyeluruh dari semua bahan yang telah dipelajarinya, bahkan melalui kriteria yang ditentukan, ia mampu mengevaluasi semua yang pernah dikerjakannya.
Sedangkan menurut Bloom merupakan bagian dari cognitive domain yaitu bagaimana terjadinya proses menjadi tahu, yang terdiri dari enam tingkatan penerimaan terhadap suatu inovasi yaitu:
1)  Tahu (know)
Seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah dipelajari, seperti istilah-istilah saja.



2)  Memahami (comprehensive)
Seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar dan dapat menerangkan kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajari.
3)  Analisis (analysis)
Seseorang telah mampu untuk menerangkan bagian-bagian yang menyusun bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisa hubungan satu dengan lainnya.
4)  Sintetis (synthesis)
Seseorang telah mampu menyusun kembali pengetahuan yang diperoleh ke bentuk semula.
5)  Evaluasi (evaluation)
Kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap mated atau obyek.
6)  Aplikasi (application)
Seseorang telah mempunyai pengetahuan yang tertinggi, telah ada kemampuan untuk mengetahui secara menyeluruh dad semua bahan yang telah dijalankan.
c.    Dukungan Suami
Arliana et.al., (2013)  mengatakan  bahwa  faktor-faktor  yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal yang menunjukkan kemaknaan  secara  statistik adalah  umur  ibu  sekarang,  umur  melahirkan pertama,  jumlah  anak  hidup,  pendapatan  keluarga,  biaya  alat  kontrasepsi, dan  dukungan  suami.  Klien  yang  diberikan  dukungan  oleh  suami akan menggunakan  kontrasepsi  secara  terus  menerus  sedangkan  yang  tidak mendapat dukungan suami akan sedikit menggunakan kontrasepsi.
Dukungan  suami  berpengaruh  besar  terhadap pemilihan  kontrasepsi  yang  dipakai  istri,  bila  suami  tidak  setuju  dengan kontrasepsi yang dipakai istrinya maka sedikit istri yang akan memakai alat kontrasepsi  tersebut.  Efek  samping  berhubungan  dengan  pemilihan kontrasepsi karena efek samping yang ditimbulkan oleh kontrasepsi tersebut membuat  ibu  tidak  ingin  menggunakannya  lagi. Selain  itu,  pemberian informasi petugas KB berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi, petugas kesehatan  berperan  dalam  memberikan  informasi,  penyuluhan  dan penjelasan  tentang  alat  kontrasepsi. Calon  akseptor  yang  masih ragu-ragu dalam pemakai alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alatkontrasepsi tersebut atas saran dari petugas kesehatan.
Menurut  Musdalifah et.al., (2013)  mengatakan bahwa umur, dukungan  suami,  efek  samping  dan  pemberian  informasi  petugas  KB berhubungan  dengan  pemilihan  kontrasepsi  hormonal.  Umur  merupakan salah  satu  faktor  yang  menentukan  perilaku  seseorang  dalam  menentukan pemakaian  kontrasepsi,  semakin  tua  seseorang  maka  pemilihan  kontrasepsi ke  arah  kontrasepsi  yang  mempunyai  efektifitas  lebih  tinggi  yaitu  metode kontrasepsi  jangka  panjang. 

4.    Akseptor Aktif
Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan (BKKBN, 2007). Menurut kamus bahasa Indonesia (2001) dalam Setiawan dan Saryono (2010)  akseptor aktif adalah orang yang menerima serta mengikuti dan melaksanakan program keluarga berencana.












B.Kerangka Konsep
Faktor Predisposisi:


2.  Tingkat pendidikan


          Variabel Idependent                          
1.   Umur

                                                            
                                                                            Variabel Dependent
3. Tingkat Pengetahuan
                                                                                     

Penggunaan Kontrasepsi Hormonal           

Faktor Pendukung :
1.    Ketersediaan alat kontrasepsi
2.    Jarak
3.    Biaya

 
     

Faktor Pendorong :


2.  Dukungan petugas kesehatan


1.  Dukungan suami

 


     


Gambar 1. Kerangka Konsep
Keterangan :

                                  = variabel yang di teliti
                                  = hubungan variabel

Gambar 1. Skema Kerangka Konsep





C.Hipotesis Penelitian
Ha: Ada hubungan umur tentang kontrasepsi dengan penggunaan kotrasepsi  hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015.
Ho: Tidak Ada hubungan umur tentang kontrasepsi dengan penggunaan kotrasepsi  hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015.
Ha: Ada hubungan pengetahuan tentang kontrasepsi dengan penggunaan kotrasepsi  hormonalpada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015.
Ho: Tidak Ada hubungan pengetahuan tentang kontrasepsi dengan penggunaan kotrasepsi  hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015.
Ha: Ada hubungan dukungan suami dengan penggunaan kotrasepsi  hormonalpada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015.
Ho: Tidak Ada hubungan dukungan suami dengan penggunaan kotrasepsi  hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015.



D.Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 1
Definisi Operasional Variabel Penelitian

No
Variabel
Definisi Operasional
Kategori
Skala Ukur
1.










Pengunaan kontrasepsi









Kontrasepsi yang digunakan oleh responden









a.   Hormonal : bila responden menggunakan kontrasepsi pil, suntikan atau implan
b.   Non hormonal : bila kontrasepsi yang digunakan bukan salah satu diatas
Nominal










2.






Umur
Umur responden pada saat penelitian berlangsung berdasarkan ulang tahun terakhir yang di peroleh dari informasi yang di eksplorasi dari responden atau berdasarkan kartu penduduk yang dimiliki.
a.   Umur <20 tahun masa menunda kehamilan
b.   Umur 20-35 tahun masa menjarangkan kehamilan
c.   Umur >35 tahun masa mencegah kehamilan
Ordinal
3.






Pengetahuan
Pengetahuan responden tentang kontrasepsi hormonal
d.   Baik: Bila pertanyaan dijawab dengan benar >80%
e.   Cukup: Bila pertanyaan dijawab dengan benar 60-80%
f.    Kurang : Bila pertanyaan dijawab dengan benar <60%
Ordinal
4.
Dukungan  Suami
Dukungan suami kepada ibu terhadap penggunaan kontrasepsi hormonal

a. Mendukung: jawaban ya terhadap kuesioner               ≥ 75%
b. Tidak Mendukung: jawaban ya terhadap kuesioner < 75%
Nominal

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti mencoba untuk mencari hubungan antar variabel faktor risiko dan efek yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel tersebut sehingga perlu disusun hipotesisnya dan diobservasi pada saat yang sama (Sastroasmoro, 2008).

B.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah di laksanakan di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat pada bulan Agustus tahun 2015.

C. Populasi dan Sampel
1.  Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang diteliti (Arikunto, 2008).  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor aktif yang menjadi akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat tahun 2015  yang berjumlah 101 orang.
2.  Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling, dengan jumlah sampel yang ditetapkan yaitu dengan menggunakan rumus Notoatmodjo, 2010.
n =
n =
n =
n = 50,2
n = 50
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang.
keterangan :
N = Besarnya populasi
n  = Besar sampel
d  = Tingkat kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) (0,1)

D. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.
1.  Data primer  dengan cara membagikan kuesioner kepada responden di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten MunaBarat.
2.  Data sekunder adalah data akseptor aktif yang diperoleh dari desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten MunaBarat.

E.  Instrumen Penelitian
            Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Jumlah kuesioner sebanyak 8 pertanyaan dengan pilihan jawaban a,b atau c. Setiap jawaban yang benar bernilai satu (1) dan jawaban yang salah bernilai nol (0).

F.  Pengolahan dan Analisis Data
1.  Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah secara sederhana dengan cara manual dan dikelompokkan yang telah tersedia dalam kuesioner dengan menggunakan program SPSS 16.
Pengolahan data sebagai berikut:
a)  Editingadalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.
b)  Kodingadalah kegiatan pemberian kode yang telah disediakan pada lembaran onservasi sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan.
c)  Skoringadalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi skor.
d)  Tabulatingadalah kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian kedalam tabel berdasarkan variabel yang diteliti.
2.  Analisis Data
Data yang telah diolah dalam penelitian ini dianalisis menggunakan bantuan program komputer SPSS 16 yang meliputi :
a)    Analisis univariat
         Analisis univariat adalah proses menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variable. Peneliti menggunakan analisis univariat berupa distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti untuk mendapatkan persentase subjek menurut pengetahuan tentang kontrasepsi hormonal. Persentase diperoleh dengan menggunakan rumus :
 

 


SP   : Nilai yang didapat
SM : Nilai maksimal (Arikunto, 2008)

Keterangan :


b)    Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah  analisis  yang  dilakukan  terhadap  dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojdo, 2005).
𝛸²  =
Pada  penelitian  ini,  hubungan   antar  variabel  dianalisis menggunakan rumus korelasi chi square pada tingkat kepercayaan 90% sebagai berikut:


Keterangan :  
𝛸² = Nilai chi-kuadrat
fo = frekuensi yang di observasi
fe = frekuensi yang diharapkan
dk =  (kolom – 1)  (baris – 1)
α  =  0,10 dengan taraf kepercayaan 90 %
Kriteria pengujian :
Terima Ho :  Jika X2 hit < X2 tabel Pvalue  
Tolak Ho  :  Jika X2 hit ≥  X2 tabel atau Pvalue



















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.  Keadaan Geografis
Desa Pajala berada di Kecamatan Maginti, dengan jarak ± 40 km dari ibu kota Kecamatan. Desa Pajala memilikiluas wilayah                     ±  600.000 Km². Letak teritorial Desa Pajala yaitu : sebelah utara berbatasan dengan desa Momuntu, sebelah selatan berbatasan dengan desa Kembar Maminasa, sebelah timur berbatasan dengan desa Abadi Jaya, sebelah barat berbatasan dengan desa Gala.
2.  Keadaan Demografi
Desa Pajala mayoritas dihuni oleh penduduk pribumi dan sebagian adalah transmigrasi, dengan jumlah penduduk sebanyak 1087 jiwa  dan jumlah KK 249 kk.
B. Hasil Penelitian
Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan data sesuai dengan tujuan penelitian, selanjutnya hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan disertai dengan penjelasan, sebagai berikut:

1.   Analisis Univariat
a.    Pendidikan Responden



Tabel 2
Distribusi Pendidikan Responden di Desa Pajala Kecamatan  Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni                                                           tahun 2015

Pendidikan
N
%
SD
19
38,0
SMP
12
24,0
SMA
14
28,0
DIII
4
8,0
SI
1
2,0
Total
50
100
         Sumber : Data Primer Terolah, 2015
               Tabel 2 menunjukan bahwa dari 50 responden dengan pendidikan SD sebanyak 19 responden (38,0%), SMP sebanyak 12 responden (24,0%), SMA sebanyak 14 responden (28,0%), DII sebanyak 4 responden (8,0%) dan responden dengan pendidikan SI sebanyak 1 responden (2,0%).
b.  Pekerjaan Responden
Tabel 3
Distribusi Pekerjaan Responden di Desa Pajala Kecamatan  Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni                                                           tahun 2015

Pekerjaan
N
%
Bekerja
17
34,0
Tidak Bekerja
33
66,0
Total
50
100
         Sumber : Data Primer Terolah, 2015
               Tabel 3 menunjukan bahwa dari 50 responden yang bekerja sebanyak 17 responden (34,0%), dan responden tidak bekerja sebanyak 33 responden (66,0%).
c.   Penggunaan Kontrasepsi
Tabel 4
Distribusi Penggunaan Kontrasepsi di Desa Pajala Kecamatan                      Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni                                          tahun 2015

Penggunaan Kontrasepsi
N
%
Hormonal
21
42,0
Non Hormonal
29
58,0
Total
50
100
         Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 4 menunjukan bahwa dari 50 responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal sebanyak 21 responden (58,0%), dan responden yang menggunakan kontrasepsi non hormonal sebanyak 29 responden (42,0%).
d.  Umur Responden
Tabel 5
Distribusi Umur  Responden di Desa Pajala Kecamatan  Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni                                                           tahun 2015
Umur
N
%
<20 tahun
15
30,0
20-35 tahun
15
30,0
>35 tahun
20
40,0
Total
50
100
           Sumber : Data Primer Terolah, 2015
            Tabel 5 menunjukan bahwa dari 50 responden dengan umur <20 tahun sebanyak 15 responden (30,0%), responden dengan umur 20-35 tahun sebanyak 15 responden (30,0%), dan responden dengan umur >35 tahun sebanyak 20 responden (40%).
e.  Pengetahuan Responden
Tabel 6
Distribusi Pengetahaun di desa Pajala Kecamatan Maginti          Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni                                                            tahun 2015
Pengetahuan
N
%
Baik
16
32,0
Cukup
17
34,0
Kurang
17
34,0
Total
50
100
           Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 50 responden  yang memiliki  pengetahuan baik sebanyak 16 responden (32,0%), yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (34,0%), dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 17 responden (34,0%).
f.    Dukungan suami
Tabel 7
Distribusi Dukungan Suami di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni                                          tahun 2015

Dukungan Suami
N
%
Mendukung
31
62,0
Tidak Mendukung
19
38,0
Total
50
100
           Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 7 diatas hasil penelitian menunjukan bahwa dari                            50 responden  yang mendapat dukungan dari suami sebanyak 31 responden (62,0%), dan yang tidak mendapat dukungan dari suami sebanyak 19 responden (38,0%).
2.  Analisis Bivariat
a.  Hubungan UmurDengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada akseptor aktif

Tabel 8
Hubungan Umur Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal                      pada Akseptor Aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti                                 Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni                                               tahun 2015

Umur
Penggunaan Kontrasepsi               
N



X2
Hitung


P
value
Hormonal
Non Hormonal
%
X2
Tabel
N
%
N
%


< 20 tahun
6
40,0
9
60,0
15
100

3,20


0,20
20-35 tahun
9
60,0
6
40,0
15
100

>35 tahun
6
30,0
14
70,0
 20
100
4,61
Total
21
42,0
29
58,0
50
100

            Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa dari 15 responden yang berumur <20 tahun, terdapat 6 responden (40,0%) yang menggunakan kontrasepsi  hormonal dan 9 responden (60,0%) menggunakan kontrasepsi non hormonal. Dari 15 responden yang berumur 20-35 tahun, 9 responden (60,0%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 6 responden (40,0%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Dari 20 responden umur >35 tahun,                   6 responden (30,0%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 14 responden (70,0%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal.
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh hasil dimana X 2hitung= 3,202 < X2 tabel= 4,61 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk = 2, nilai Pvalue  = 0.202 (0,202 > 0,10), maka H0 diterima dan Haditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif  di desa Pajala  kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode  Januari s/d Juni tahun 2105.
b.  Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor Aktif

Tabel 9
Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor Aktif di desa Pajala Kecamatan                     Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni                                        tahun 2015
Pengetahuan
Penggunaan Kontrasepsi              
n



X2
Hitung



P
value
Hormonal
Non Hormonal
%
X2
Tabel
N              
%
N
%


Baik
7
43,8
9
56,2
16
100

0,19


0,90
Cukup
8
44,4
10
55,6
18
100

Kurang
6
37,5
10
62,5
16
100
4,61
Total
21
42,0
29
58,0
50
100

          Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa dari 16 responden, yang berpengetahuan baik, terdapat 7 responden (43,8%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 9 responden (56,2%) menggunakan kontrasepsi non hormonal. Dari 18 responden yang berpengetahuan cukup, 8 responden (44,4%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 10 responden (55,6%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Sedangkan dari 16 responden yang pengetahuan kurang, 6 responden (37,5%)  yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 10 responden (62,5%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal.
 Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh hasil dimana X 2hitung = 0,19 < X2 tabel= 4,61 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk = 1,nilai Pvalue  = 0.90 (0,90 > 0,10), maka H0 diterima dan Haditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015.
c.   Hubungan Dukungan Suami Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal

Tabel 10
Hubungan Dukungan Suami Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten                             Muna Barat Periode Januari s/d Juni  tahun 2015
Dukungan Suami
Penggunaan Kontrasepsi             
n


X2
Hitung
          


P   value
Hormonal
Non Hormonal
%
X2
Tabel
N
%
N
%


Mendukung
14
45,2
17
54,8
31
100
0,33

0,56
Tidak Mendukung
7
36,8
12
63,2
 19
100
2,71
Total
21
42,0
29
58,0
50
100

      Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa dari 31 responden, yang menyatakan suami mendukung terdapat 14 responden (45,2%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 17 responden (54,8%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Dari 19 responden yang menyatakan suami tidak mendukung, 7 responden (36,8%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal 12 responden (63,2%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal.
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh hasil dimana X 2hitung= 0,33 < X2 tabel= 2,71 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk = 1,nilai Pvalue  = 0.56 (0,56 > 0,10), maka H0 diterima dan Haditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015.
C. Pembahasan

Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan studi cross sectional mengenai hubungan umur, pengetahuan, dan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015.
1.  Hubungan Umur dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor Aktif

Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang  berumur <20 tahun lebih sedikit menggunakan kontrasepsi hormonal di banding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal yaitu sebanyak 30,0%  yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 70% yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Demikian pula yang berumur >35 tahun lebih sedikit yang menggunakan kontrasepsi hormonal di banding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal yaitu sebanyak 40% yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 60% yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Sedangkan yang berumur 20-35 tahun lebih banyak yang menggunakan kontrasepsi hormonal dibanding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal yaitu sebanyak 60% yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 40% yang menggunakan kontrasepsi non hormonal.
Hasil uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-square diperoleh hasil dimana X 2hitung= 3,20 < X2 tabel= 4,61 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk = 2, nilai Pvalue  = 0.20 (0,20 > 0,10), maka H0 diterima dan Haditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015.
Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum (2009)  yang mengatakan  bahwa  umur mempengaruhi  pemilihan  jenis  kontrasepsi yang  digunakan  pada  PUS. Semakin tua umur seseorang  maka  pemilihan alat kontrasepsi  ke arah alat yang mempunyai efektivitas lebih tinggi yakni metode kontrasepsi jangka panjang (BKKBN, 2003).
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah pil KB, AKDR.
Periode usia istri antara 20-35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur lebih dari 35 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena kalau terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB (Pinem, 2009).
Menurut  hasil  penelitian  Hidayati  (2007),  responden  yang  umurnya  lebih  dari 35 tahun cenderung  memilih  metode  alamiah  karena  menurut  mereka  lebih  aman  dan  tanpa  efek samping. Wanita yang lebih tua, lebih suka menggunakan  metode  kontrasepsi  tradisional  karena  mereka  sudah  merasa  cocok  dengan metode kontrasepsi tersebut.
Ibu yang telah memiliki 2 anak dianjurkan untuk menggunakan  alat kontrasepsi  hormonal  yang  memiliki efektifitas  yang  tinggi  dan  bersifat jangka  panjang.  Hal  ini  memungkinan untuk  mengurangi  risiko  terjadinya. Namun  pengaruh  dari  pengalaman masa  lalu  dan  kultur  masyarakat cenderung  membuat  masyarakat enggan  mengikuti  anjuran  pemerintah (BKKBN, 2010).
2.    Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor Aktif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari seluruh responden yang berpengetahuan baik, cukup dan kurang lebih sedikit yang menggunakan kontrasepsi hormonal di banding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal yaitu 43,8% yang berpengetahuan baik, 44,4% yang berpengetahuan cukup dan 37,3% yang berpengetahuan kurang yang menggunakan kontrasepsi hormonal. Sedangkan yang menggunakan kontrasepsi non hormonal sebanyak 56,2% yang berpengetahuan baik, 55,6% yang berpengetahuan cukup, dan 62,5% yang berpengetahuan kurang. Dengan demikian tidak ada perbedaan antara yang berpengetahuan baik, cukup, dan kurang dalam menggunakan kontrasepsi.
 Hasil uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-square diperoleh hasil dimana X 2hitung = 0,19 < X2 tabel= 4,61 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk = 2,nilai Pvalue  = 0.90 (0,90 > 0,10), maka H0 diterima dan Haditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015.
Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Laksmi Indira (2009) menemukan bahwa “Sekali wanita mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi, perbedaan jarak dan waktu bukanlah hal yang penting dalam menggunakan kontrasepsi, dan mempunyai hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang tempat pelayanan dan metode kontrasepsi yang digunakan. Wanita yang mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi lebih sedikit menggunakan metode kontrasepsi tradisionsl.” Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB.
Dari  hasil  penelitian  yang  dilakukan  secara kualitatif  oleh Handayani et.al., (2012)  bahwa  masih  banyak  akseptor  yang  menentukan metode  yang  dipilih  hanya  berdasarkan  informasi  dari  akseptor  lain berdasarkan  pengalaman  masing-masing.  Sebagian  petugas  kesehatan kurang  melakukan  konseling  dan  pemberian  informasi  yang  menyebabkan kurangnya  pengetahuan  klien  dalam  memilih  jenis  KB. Namun  masyarakat mentolerir  pelayanan  KB  meskipun  pelayanan  KB  belum  seluruhnya memenuhi  syarat  pelayanan  berkualitas. Informasi  yang  baik  dari  petugas membantu  klien  dalam  memilih  dan menentukan metode kontrasepsi  yang dipakai. 
Salah satu pelayanan yang tersedia dalam program KB adalah pelayanan kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi akan berhasil dengan baik bila masyarakat mengenal berbagai jenis kontrasepsi yang tersedia. Akan tetapi, pengenalan berbagai jenis kontrasepsi ini cukup sulit karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam masyarakat itu sendiri. Proses pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi meliputi empat tahap yaitu tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation). Suatu inovasi dapat diterima maupun ditolak setelah melalui tahap-tahap tersebut. Inovasi ditolak bila inovasi tersebut dipaksakan oleh pihak lain, inovasi tersebut tidak dipahami, inovasi tersebut dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk. Sementara itu, inovasi yang diterima tidak akan diterima  secara menyeluruh tetapi bersifat selektif  dengan berbagai macam pertimbangan.
3.    Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor Aktif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa  baik responden yang mendapat dukungan suami maupun yang tidak mendapat dukungan suami lebih sedikit menggunakan  kontrasepsi hormonal di banding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal, yaitu sebanyak 14 responden (45,2%)  dari responden yang mendapat dukungan suami dan 7 responden (36,8%) yang tidak mendapat dukungan suami. Sedangkan yang menggunakan kontrasepsi non hormonal sebanyak 17 responden (54,8%) dari responden yang mendapat dukungan suami dan 12 responden (63,2%) dari yang tidak mendapat dukungan suami. Dengan demikian tidak ada perbedaan responden yang mendapat dukungan suami  maupun yang tidak mendapat dukungan suami dalam penggunaan kontrasepsi.
Hasil uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-square diperoleh hasil dimana X 2hitung= 0,33 < X2 tabel= 2,71 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk = 1, nilai Pvalue  = 0.56 (0,56 > 0,10), maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015.
Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihyugiarto dan Mujianto yang mengatakan ada hubungan dukungan suami terhadap kelangsungan pemakaian kontrasepsi hormonal.
Dukungan  suami  berpengaruh  besar  terhadap pemilihan  kontrasepsi  yang  dipakai  istri,  bila  suami  tidak  setuju  dengan kontrasepsi yang dipakai istrinya maka sedikit istri yang akan memakai alat kontrasepsi  tersebut.  Efek  samping  berhubungan  dengan  pemilihan kontrasepsi karena efek samping yang ditimbulkan oleh kontrasepsi tersebut membuat  ibu  tidak  ingin  menggunakannya  lagi. Selain  itu,  pemberian informasi petugas KB berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi, petugas kesehatan  berperan  dalam  memberikan  informasi,  penyuluhan  dan penjelasan  tentang  alat  kontrasepsi. Calon  akseptor  yang  masih ragu-ragu dalam pemakai alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi tersebut atas saran dari petugas kesehatan.





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.     Kesimpulan
  1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna barat periode Januari s.d Juni tahun 2015.
  2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna barat periode Januari s.d Juni tahun 2015.
  3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna barat periode Januari s.d Juni tahun 2015.
B.    Saran                                                     
1.    Bagi petugas kesehatan khususnya bidan, agar dapat lebih mengenalkan pada akseptor aktif dan calon akseptor tentang berbagai macam jenis alat kontrasepsi.                       
2.    Bagi tenaga bidan agar dapat bekerjasama dengan petugas kesehatan yang lain di puskesmas dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
3.    Bagi peneliti lainnya disampaikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kontrasepsi hormonal dengan mengambil variabel  lain.
4.     
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta
Adzlan. 2011. Pendewasaan Usia Perkawinan Artikel. Diakses dari Http://Lampung.bkkbn.go.id tanggal 20 Juni 2015
Ali Rifa’i. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di Wilayah Puskesmas BahuKabupaten Gorontalo (Prosiding Seminar Nasional Kependudukan). Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember
Arliana, W.O.D., Sarake, M., dan Seweng, A. 2012.Faktor yang berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor KB di Kelurahan Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.Universitas Hasanudin. Makasar.
Azwar. S, 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2. Yokyakarta: Pustaka Pelajar
Bappeda. 2013. Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB). Dikases dari http://www.bappenas.go.id tanggal 20 Juni 2015
BKKBN, 2003. Alat Kontrasepsi, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN
BKKBN, 2008. Ingin Memiliki Kesehatan Reproduksi Prima Hindari Kehamilan 4 Terlalu. Direktorat Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak. BKKBN
BKKBN, 2010.  Rapat  kerja program  KB   Nasional  Jawa Tengah.
BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014. Sulawesi Tenggara dalam Angka. Sulawesi Tenggara
BPS Kabupaten Muna, 2014. Kabupaten Muna Dalam Angka. BPS Kabupaten Muna
E.           Mulyasa, 2012. Standar kompetensi dan sertifikasi guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Handayani, L., Suharmiati, Hariastuti, I., dan Latifah, C. 2012. Peningkatan Informasi tentang KB: Hak Kesehatan Reproduksi yang perlu Diperhatikan oleh Program Pelayanan Keluarga Berencana. Buletin Penelitian Sistem kesehatan vol 15 no 3 Juli 2012 289-297. Penelitian
Hartanto,  Hanafi.  2004.  Keluarga  Berencana  Dan  Kontrasepsi.  Jakarta  : Pustaka Sinar Harapan
Hidayati,  W.  2007. Analisis  Beberapa  Faktor  yang  berhubungan  dengan Perkawinan  Wanita  Usia  Muda  (Komparasi  Hasil  dengan  Studi  Meta Analisis) (Skripsi). Semarang : Universitas Diponogoro.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Kusumaningrum,  R.  2009.  Faktor-faktor  yang  Mempengaruhi  Pemilihan Kontrasepsi  yang  Digunakan  Pada  Pasangan  Usia  Subur.  Universitas Diponegoro, Semarang.
Musdalifah, Sarake, M., dan Rahma. 2013. Factor yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi Hormonal Pasutri di Wilayah Kerja Puskesmas Lampa Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang 2013. Universitas Hasanudin. Makasar
Nazilah, L. 2013. Kontribusi Otonomi Perempuan dalam Rumah Tangga terhadap Pemakaian Kontrasepsi di Nusa Tenggara Timur (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Depok
Ngatimin, H.M, Rusli, 2009, Komitmen Dokter Dan SKM Mewujudkan Hidup Sehat, Yayasan PK-3, FKM Unhas Makassar.

Notoadmojo,  S  2005.  Metodologi  Penelitian  Kesehatan,  edisi  3,  Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, 2009, Promosi Kesehatan (Teori Dan Aplikasi). PT Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Purba, 2009, Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di kecamatan Rambah Samo kabupaten Rokan Hulu tahun 2009 (Tesis). Medan : Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Sarwono W. 2000, Psikologi Remaja. Cetakan Kelima Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sastroasmoro, 2008. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto.
SDKI, 2012. Laporan Pendahuluan. Jakarta
Sitopu, S.D. 2012. Hubungan Pengetahuan Akseptor Keluarga Berencana dengan Penggunaan Alat Kontrasepsidi Puskesmas Helvetia Medan.Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan. Medan
Tedjo, 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada keluarga miskin. Diakses tanggal 20 Juni 2015
Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.EGC. Jakarta
Wirosuhardjo. K, 2004. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Universitas Indonesia
Woyanti, N,.2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kontrasepsi di Kota Semarang. Dinamika Kependudukan Volume 2 No. 1 Juli 2005: 40-56










Lampiran 3






MASTER TABEL HASIL PENGUMPULAN DATA








FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL
PADA PASANGAN USIA SUBUR DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI
KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI
TAHUN 2015








NO
NAMA IBU
UMUR
PENGETAHUAN
DUKUNGAN SUAMI
PENGGUNAAN KONTRASEPSI


1
Ny. A
1
1
1
1


2
Ny. S
1
1
1
1


3
Ny. S
0
0
0
1


4
Ny. WI
1
2
1
1


5
Ny. WM
1
1
0
1


6
Ny. WS
0
0
0
1


7
Ny. WL
1
2
1
0


8
Ny. S
1
0
1
1


9
Ny. WF
1
2
1
1


10
Ny. Y
0
1
1
1


11
Ny. N
1
1
1
0


12
Ny. N
1
2
1
0


13
Ny. I
0
0
1
1


14
Ny. YS
1
2
0
0


15
Ny. WN
1
1
1
1


16
Ny. WO
1
2
1
1


17
Ny. M
1
1
1
0


18
Ny. L
0
2
1
0


19
Ny. WM
0
2
1
1


20
Ny. WP
1
1
0
0


21
Ny. WS
1
1
1
1


22
Ny. WT
1
0
0
0


23
Ny. WL
1
2
0
0


24
Ny. WF
1
1
1
1


25
Ny. N
0
2
1
1


26
Ny. WS
1
0
0
0


27
Ny. WR
0
0
0
0


28
Ny. F
1
1
1
1


29
Ny. S
0
2
1
0


30
Ny. WU
1
0
0
1


31
Ny. WS
1
1
1
1


32
Ny. S
1
2
1
0


33
Ny. S
1
1
1
1


34
Ny. I
1
0
1
1


35
Ny. M
1
0
1
0


36
Ny. D
0
0
1
0


37
Ny. M
1
0
0
1


38
Ny. M
1
1
0
1


39
Ny. U
0
1
1
0


40
Ny. WA
1
1
1
0


41
Ny. WU
1
0
0
1


42
Ny. L
1
0
1
1


43
Ny. WA
1
0
0
1


44
Ny. WS
0
0
1
1


45
Ny. Z
1
0
0
0


46
Ny. A
1
0
1
1


47
Ny. M
1
1
0
0


48
Ny. N
0
1
1
0


49
Ny. WH
1
0
0
1


50
Ny. WO
1
0
1
1
















Demikianlah Artikel FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015

Sekianlah artikel FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015 kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015 dengan alamat link https://contoh-definisi-pengertian.blogspot.com/2015/09/faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan_28.html