Judul : TERJEMAH: THE PROTESTANT ETHIC AND THE SPIRIT OF CAPITALISM. PART III
link : TERJEMAH: THE PROTESTANT ETHIC AND THE SPIRIT OF CAPITALISM. PART III
TERJEMAH: THE PROTESTANT ETHIC AND THE SPIRIT OF CAPITALISM. PART III
PART III
PART II THE PRACTICAL ETHICS OF THE ASCETIC BRANCHES OF PROTESTANTISM
4. THE RELIGIOUS FOUNDATIONS OF WORLDLY ASCETICISM
A. CALVINISM
Now Calvinism was the faith over which the great political and cultural struggles of the sixteenth and seventeenth centuries were fought in the most highly developed countries, the Netherlands, England, and France. (Calvinisme sekarang adalah kepercayaan/keyakinan yang mana perjuangan politik dan budaya yang besar pada abad enam belas dan tujuh belas yang diperangi di Negara-negara maju, Belanda, Inggris, dan Prancis).
To it we shall hence turn first. At that time, and in general even to-day, the doctrine of predestination was considered its most characteristic dogma. (Untuk itu kita akan menempatkankan di bagian pertama. Pada waktu itu, dan secara umum bahkan pada hari ini, doktrin takdir betul-betul dipertimbangkan sebagai dogma yang paling berkarakter). It is true that there has been controversy as to whether it is the most essential dogma of the Reformed Church or only an appendage. (Hal itu benar bahwa itu menjadi kontroversi mengenai apakah itu adalah dogma yang paling penting dari Gereja Reformasi atau hanya sebuah tambahan saja). Judgments of the importance of a historical phenomenon may be judgments of value or faith, namely, when they refer to what is alone interesting, or alone in the long run valuable in it. (Putusan tentang pentingnya sebuah fenomena sejarah mungkin pertimbangan nilai dan kepercayaan, yakni, ketika mereka merujuk hanya pada apa yang menarik, atau hanya dalam barang-barang berharga yang berjangka panjang). Or, on the other hand, they may refer to its influence on other historical prosesses as a causal factor. Then we are concerned with judgments of historical imputation. (Atau, di sisi lainnya, mereka mungkin merujuk pada pengaruh proses sejarah lainnya seperti sebuah faktor sebab musabab. Lalu kita focus dengan judgment tuduhan sejarah). If now we start, as we must do here, from the latter standpoint and inquire into the significance which is to be attributed to that dogma by virtue of its cultural and historical consequences, it must certainly be rated very highly. (Jika kita sekarang memulai, sebagaimana yang seharusnya kita lakukan, dari pendirian yang terakhir dan menanyakan pada signifikansi yang mana adalah untuk dikaitkan dengan dogma itu dengan berdasarkan sifat budaya dan konsekuensi sejarah, itu harus pasti di beri rangking yang tinggi).
The movement which Oldenbarneveld led was irrevocable under James I after the Crown and the Puritans came to differ dogmatically over just this doctrine. Again and again it was looked upon as the real element of political danger in Calvinism and attacked as such by those in authority. (Pergerakan yang mana Oldenbarneveld berperan tidak dapat ditarik kembali dibawah James I setelah Raja dan orang puritan (orang yang teguh memegang peraturan-peraturan tata susila) datang dengan perdedaan dogmatis terhadap dogma ini. Lagi dan lagi itu dipandang sebagai elemen nyata bahaya politik dalam Calvinisme dan menyerang dengan dogma tersebut kepada kekuasaan). The great synods of the seventeenth century, above all those of Dordrecht and Westminster, besides numerous smaller one, made its elevation to canonical authority the central purpose of their work. (Mukhtamar Gereja terbesar pada abad tujuh belas, yang terpenting itu Dordrecht dan Westminster, selainnya banyak yang kecil, membuat tinggi peraturan undang-undang Gereja adalah tujuan utama pekerjaan itu). It served as a rallying-point to countless heroes of the Church militant, and in both the eighteenth and the nineteenth centuries ot caused schisms in the Church and formed the battle-cry of great new awakenings. We cannot pass it by, and since to-day it can no longer be assumed as known to all educated men. We can best learn its content from the authoritative words of the westminder confession 0f 1647, which in this regard is simply repeated by both independent and Baptist creeds.
TUNGGU KELANJUTANNYA!!!
SEBELUMNYA ADA DI LINK INI
JIKA ADA YANG SALAH TOLONG KASIH KOMENTAR PLUS PEMBENARANNYA YA GAN !!!!
PART II THE PRACTICAL ETHICS OF THE ASCETIC BRANCHES OF PROTESTANTISM
4. THE RELIGIOUS FOUNDATIONS OF WORLDLY ASCETICISM
A. CALVINISM
Now Calvinism was the faith over which the great political and cultural struggles of the sixteenth and seventeenth centuries were fought in the most highly developed countries, the Netherlands, England, and France. (Calvinisme sekarang adalah kepercayaan/keyakinan yang mana perjuangan politik dan budaya yang besar pada abad enam belas dan tujuh belas yang diperangi di Negara-negara maju, Belanda, Inggris, dan Prancis).
To it we shall hence turn first. At that time, and in general even to-day, the doctrine of predestination was considered its most characteristic dogma. (Untuk itu kita akan menempatkankan di bagian pertama. Pada waktu itu, dan secara umum bahkan pada hari ini, doktrin takdir betul-betul dipertimbangkan sebagai dogma yang paling berkarakter). It is true that there has been controversy as to whether it is the most essential dogma of the Reformed Church or only an appendage. (Hal itu benar bahwa itu menjadi kontroversi mengenai apakah itu adalah dogma yang paling penting dari Gereja Reformasi atau hanya sebuah tambahan saja). Judgments of the importance of a historical phenomenon may be judgments of value or faith, namely, when they refer to what is alone interesting, or alone in the long run valuable in it. (Putusan tentang pentingnya sebuah fenomena sejarah mungkin pertimbangan nilai dan kepercayaan, yakni, ketika mereka merujuk hanya pada apa yang menarik, atau hanya dalam barang-barang berharga yang berjangka panjang). Or, on the other hand, they may refer to its influence on other historical prosesses as a causal factor. Then we are concerned with judgments of historical imputation. (Atau, di sisi lainnya, mereka mungkin merujuk pada pengaruh proses sejarah lainnya seperti sebuah faktor sebab musabab. Lalu kita focus dengan judgment tuduhan sejarah). If now we start, as we must do here, from the latter standpoint and inquire into the significance which is to be attributed to that dogma by virtue of its cultural and historical consequences, it must certainly be rated very highly. (Jika kita sekarang memulai, sebagaimana yang seharusnya kita lakukan, dari pendirian yang terakhir dan menanyakan pada signifikansi yang mana adalah untuk dikaitkan dengan dogma itu dengan berdasarkan sifat budaya dan konsekuensi sejarah, itu harus pasti di beri rangking yang tinggi).
The movement which Oldenbarneveld led was irrevocable under James I after the Crown and the Puritans came to differ dogmatically over just this doctrine. Again and again it was looked upon as the real element of political danger in Calvinism and attacked as such by those in authority. (Pergerakan yang mana Oldenbarneveld berperan tidak dapat ditarik kembali dibawah James I setelah Raja dan orang puritan (orang yang teguh memegang peraturan-peraturan tata susila) datang dengan perdedaan dogmatis terhadap dogma ini. Lagi dan lagi itu dipandang sebagai elemen nyata bahaya politik dalam Calvinisme dan menyerang dengan dogma tersebut kepada kekuasaan). The great synods of the seventeenth century, above all those of Dordrecht and Westminster, besides numerous smaller one, made its elevation to canonical authority the central purpose of their work. (Mukhtamar Gereja terbesar pada abad tujuh belas, yang terpenting itu Dordrecht dan Westminster, selainnya banyak yang kecil, membuat tinggi peraturan undang-undang Gereja adalah tujuan utama pekerjaan itu). It served as a rallying-point to countless heroes of the Church militant, and in both the eighteenth and the nineteenth centuries ot caused schisms in the Church and formed the battle-cry of great new awakenings. We cannot pass it by, and since to-day it can no longer be assumed as known to all educated men. We can best learn its content from the authoritative words of the westminder confession 0f 1647, which in this regard is simply repeated by both independent and Baptist creeds.
TUNGGU KELANJUTANNYA!!!
SEBELUMNYA ADA DI LINK INI
JIKA ADA YANG SALAH TOLONG KASIH KOMENTAR PLUS PEMBENARANNYA YA GAN !!!!
Demikianlah Artikel TERJEMAH: THE PROTESTANT ETHIC AND THE SPIRIT OF CAPITALISM. PART III
Sekianlah artikel TERJEMAH: THE PROTESTANT ETHIC AND THE SPIRIT OF CAPITALISM. PART III kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel TERJEMAH: THE PROTESTANT ETHIC AND THE SPIRIT OF CAPITALISM. PART III dengan alamat link https://contoh-definisi-pengertian.blogspot.com/2014/11/terjemah-protestant-ethic-and-spirit-of.html