TEKNIK BUDIDAYA JATI

TEKNIK BUDIDAYA JATI - Hallo sahabat CONDENPE, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul TEKNIK BUDIDAYA JATI, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : TEKNIK BUDIDAYA JATI
link : TEKNIK BUDIDAYA JATI

Kamu Bisa Download File TEKNIK BUDIDAYA JATI di bawah ini !

Baca juga


TEKNIK BUDIDAYA JATI


PENDAHULUAN

Pohon Jati adalah tanaman pohon kehutanan, pohonnya keras seratnya halus, sangat cocok untuk diolah menjadi perabotan rumah tangga, seperti kusen, daun pintu, kursi, meja, tempat tidur, meja makan dan lain lain. Mungkin Anda penasaran, bagaimana cara membudidayakan pohon jati supaya dapat tumbuh dengan subur. 
Berikut tips utk memulai menanam pohon Jati :
  1. Pilihlah benih jati yang baik dengan ketentuan berdiameter 1-1,5 cm.
  2. Jemur benih jati tersebut sampai betul-betul kering.
  3. Setelah bibit jati itu kering, rendam bibit tersebut dengan campuran air accu dan air tawar dengan perbandingan 1 : 10 ( air accu 1 liter perlu air tawar 10 liter ) selama 3 hari.
  4. Selanjutnya benih jati tersebut diangkat dan ditiriskan selama 0,5 sampai 1 hari.
  5. Siapkan media atau bedeng tabur ukuran sembarang, dan disekelilingnya dibuatkan pembatas.
  6. Setelah media atau bedeng sudah siap, taburkan benih jati tersebut di atas bedengan yang sudah disiapkan tadi.
  7. Setelah itu benih jati ditabur semua, kemudian benih tersebut kita timbun dengan pasir hitam/pasir kali setebal 1,5-2 cm.
  8. kemudian tutup bedeng tersebut dengan plastic, kalau tidak ada plastic bisa ditutup dengan dedaunan.
  9. Selama didalam bedeng, benih tidak boleh kering harus diatur kelembabannya.
  10. Kemudian kita tunggu selama 7 – 14 hari.
  11. Kalau sudah berkecambah kemudian pindahkan kepolibek yang sebelumnya sudah disiapkan.
  12. Polibek yang kita siapkan berisi tanah, pupuk organik atau pupuk kandang, danrambut padi, dengan perbandingan 1 : 3 : 2. 
  13. Lalu pelihara (diberi pupuk, disiram, disetek dan lain lain) sampai tumbuh menjadi bibit jati yang siap ditanam dilahan anda 
Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati 

Indonesia menurut dinas pertanian adalah ditempat yang beriklim tropis, kalau di Indonesia seperti seluruh pulau jawa, sebagian pulau sumatra, sulawesi selatan, sulawesi tenggara, NTB dan maluku dengan Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati sebagai berikut:
1. Curah hujan 1500-2500mm/tahun.
2. Bulan kering 2-4 bulan.
3. Tinggi lokasi penanaman 10-1000 m dari permukaan laut.
4. Intensitas cahaya 75-100%.
5. Ph tanah 4-8.
6. Jenis tanah lempung berpasir, hindari tanah becek/rawa dan cadas.
SYARAT TUMBUH
Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati untuk wilayah Lampung masih dalam area yang disebutkan diatas. Selain yang disebutkan diatas Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati yang saya lihat bagus adalah ditanah pegunungan batu kapur dimana banyak tumbuh  tanaman Pohon Jati. Indikasi yang jelas dapat kita temukan apakah cocok suatu tanaman pepohonan didaerah itu itu adalah dengan melihat sekelliling daerah tersebut biasanya banyak terdapat pepohonan yang kita maksud tumbuh secara liar.
Ditanah pegunungan yang terkenal subur Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati jelas terpenuhi, pohon jati bisa tumbuh lebih cepat itu sudah terbukti dengan melihat umur pohon jati ditanah yang datar atau ladang biasa diameter batangnya berbeda dengan yang tumbuh dilereng gunung. Pohon jati yang saya tanam berasal dari bibit alami, dan pola tanam yang sangat tradisional hanya jarak saja yang teratur membuat terlihat seperti profesional. Untuk mendapatkan batang yang bagus dan lurus kita harus mengatur jarak barisan antara 6 meter – 8 meter sedangkan larikan antara 4 m – 6 m sebagai Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati yang baik.
syarat_tumbuh_kayu_jati

Jarak Tanam yang Teratur mebuat Batang Kayu Jati Lurus
Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati ditempat saya cukup bagus, karena sekarang ini banyak orang yang mengembangkan Budidaya Pohon Jati dengan menggunakan bibit-bibit unggul dan pengelolaan yang lebih profesional.
Teknik budidaya pohon jati dimulai dari persiapan lahan, Pembukaan lahan kebun dengan membersihkan dari semak-semak, alang-alang dll, kemudian membuat lubang tanam 40x40x40 cm dan dibiarkan selama kurang lebih 2 minggu. Lakukan pemupukan pada lubang tanam dengan memberikan pupuk kandang atau kompos sebanyak 5kg per lubang. Pemberian kapur atau dolomit apabila tanah masam sebanyak 50-100g/lubang tanam sebagai Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati.
Penanaman
Masukan tanah campuran/kompos ke lubang setinggi 1/3 kedalam lubang sambil disiram, masukan bibit jati KBK yang telah disobek polibag nya ke dalam lubang lalu timbun lubang hingga penuh, siram tanaman sambil memadatkan lubang tanam.
Pemeliharaan
Pembersihan rumput/gulma disekitar tanaman penting untuk dilakukan, jaga jangan sampai ada genangan air disekitar pohon, purning atau pemangkasan cabang-cabang harus rutin dilakukan sampai minimal ketinggian 6m,potong cabang 1-2cm dari pangkal. semprot insektisida bila perlu untuk membunuh hama dan penyakit.
Pemupukan
Taburkan pupuk urea atau npk sekitar tanamam sesuai petunjuk. perhatikan cara pemupukan dan periode pemupukan karena tahun pertama pohon jati tumbuh adalah masa kritis yang menentukan untuk tumbuh selanjutnya.
HAMA DAN PENYAKIT
a.     Hama ulat jati (Hyblaea puera & Pyrausta machaeralis) 
  • Menyerang pada awal musim penghujan, yaitu sekitar bulan Nopember – Januari dengaan gejalan daun-daun yang terserang berlubang karena dimakan ulat. Bila jumlah ulat tersebut tidak banyak cukup diambil dan dimatikan.
  • Bila tingkat serangan sudah tinggi, maka perlu dilakukan pengendalian dengan cara penyemprotan menggunakan Pestona dan Virexi
b.     Hama uret (Phyllophaga sp) 
  • Merupakan larva kumbang, biasanya menyerang pada bulan Februari – April dengan memakan akar tanaman terutama yang masih muda, sehingga tanaman tiba-tiba layu, berhenti tumbuh dan kemudian mati. Jika media dibongkar, akar tanaman terputus / rusak dan dapat dijumpai hama uret. Kerusakan dan kerugian paling besar akibat serangan hama uret terutama terjadi pada tanaman umur 1-2 bulan di lapangan, tanaman menjadi mati.
  • Pencegahan dan pengendalian hama uret dilakukan dengan penambahan insektisida granuler di lubang tanam pada saat penanaman atau pada waktu pencampuran media di persemaian, khususnya pada lokasi-lokasi endemik/rawan hama uret.
c.    Hama Tungau Merah (Akarina)
  • Biasanya menyerang pada bulan Juni – Agustus dengan gejala daun berwarna kuning pucat, pertumbuhan bibit terhambat. Hal ini terjadi diakibatkan oleh cairan dari tanaman/terutama pada daun dihisap oleh tungau. Bila diamati secara teliti, di bawah permukaan daun ada tungau berwarna merah cukup banyak (ukuran ± 0,5 mm) dan terdapat benang-benang halus seperti sarang laba-laba. 
  • Pengendalian hama tungau dapat dilakukan dengan menggunakan Pestona / Pentana
d.     Hama kutu putih/kutu lilin 
  • Menyerang setiap saat pada bagian pucuk (jaringan meristematis). Pucuk daun yang terserang menjadi keriting sehingga tumbuh abnormal dan terdapat kutu berwarna putih berukuran kecil.
  • Langkah awal pengendalian berupa pemisahan bibit yang sakit dengan yang sehat karena bisa menular. Bila batang sudah mengkayu, batang dapat dipotong 0,5 – 1 cm di atas permukaan media; pucuk yang sakit dibuang/dimusnahkan. Jika serangan sudah parah dan dalam skala yang luas maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan Pestona
e.    Hama lalat putih atau serangga kecil bertubuh lunak, 
  • Mirip lalat, termasuk dalam ordo Homoptera. Hama ini mencucuk dan mengisap cairan tanaman sehingga menjadi layu, kerdil bahkan mati. Selain itu dapat menularkan virus dari tanaman sakit ke tanaman sehat. 
  • Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara 1) biologis menggunakan musuh alami berupa predator dan parasitoid, 2) melakukan wiwilan daun dan penjarangan bibit dalam bedengan, 3) penyemprotan larutan campuran insektisida-deterjen sedini mungkin ketika mulai terlihat di persemaian, terutama diarahkan ke permukaan daun bagian bawah, karena serangga ini mengisap cairan dan tinggal pada bagian tersebut, 4) secara mekanis, menggunakan alat penjebak lalat putih (colour trapping) dan 6) pemupukan NPK cair, untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan bibit di persemaian.
      f.    Penyakit layu–busuk semai 
  • Sering terjadi pada kondisi lingkungan yang lembab, seperti pada musim hujan. Penyakit ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 1) serangan penyakit yang dipicu oleh kondisi lingkungan yang lembab dengan gejala banyaknya bibit yang membusuk.
  • Penanganan secara mekanis dapat dilakukan dengan penjarangan bibit, wiwil daun dan pembukaan naungan untuk mengurangi kelembaban. 2) serangan penyakit yang dipicu oleh hujan malam hari/dini hari pada awal musim hujan dengan gejala berupa daun layu seperti terkena air panas. Penyakit ini umumnya muncul pada saat pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujan, saat hujan pertama turun yang terjadi pada malam hari atau dini hari pada awal musim hujan. Seranga penyakit terutama pada bibit yang masih muda dan menyebar dengan cepat.
g.    Hama rayap 
  • Biasa menyerang tanaman jati muda pada musim hujan yang tidak teratur atau puncak musim kemarau. 
  • Prinsip pengendaliannya dengan mencegah kontak rayap dengan batang/perakaran tanaman. Usaha yang dapat dilakukan dengan mengoleskan kapur serangga di pangkal batang, menaburkan abu kayu di pangkal batang pada waktu penanaman, pemberian insektisida granuler (G) pada lubang tanam ketika penanaman khususnya pada lokasi yang endemik/rawan rayap, mengurangi kerusakan mekanis pada perakaran dalam sistem tumpang sari dan menghilangkan sarang-sarangnya.
h. Hama penggerek batang/oleng-oleng (Duomitus ceramicus) 
  • Bentuk larva yang hidup dalam kulit pohon, menggerek kulit batang sampai kambium dan memakan jaringan kayu muda, membuat liang gerek yang panjang, terutama bila pohon jati kurang subur dan menyebabkan terbentuknya kallus (gembol). Fase larva ini biasanya berlangsung antara April – September. 
  • Pengendalian oleng-oleng dengan insektisida fumigan sehingga dapat mengenai sasaran dengan cepat. Pemilihan jenis tanaman tumpang sari yang pendeek, di daerah endemik perlu dilakukan agar ruang tumbuh di bawah tajuk tidak terlalu lembab. 
  • Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan penggunaan perangkap lampu (light trap) pada malam hari.
i.  Hama penggerek pucuk 
  • Biasanya menyerang tanaman jati muda. Ulat ini berwarna kemerahan dengan kepala berwarna hitam; dibelakang kepala terdapat cincin kuning keemasan Gejala awal biasanya pada bagian pucuk apikal tiba-tiba menjadi layu dan mengering sepanjang 30-50 cm, yang disebabkan karena adanya lubang gerekan kecil (± 2mm) di bawah bagian yang layu/kering.. Pada bagian ujung batang utama yang mati akan keluar tunas-tunas air/cabang-cabang baru. 
  • Pengendalian hama ini dapat dilakukan injeksi insektisida sistemik ke batang dan mengurangi/menghilangkan tunas-tunas air yang muncul agar pucuk yang stagnasi dapat aktif tumbuh lagi. Bila tidak segera dihilangkan maka tunas air yang muncul akan menggantikan fungsi batang utama, sehingga batang di bagian atas membengkok.
j.  Hama Kutu Putih (Pseudococcu /mealybug) 
  • Menyerang dengan menghisap cairan tanaman terutama pada musim kemarau. Seluruh tubuhnya dilindungi oleh lilin/tawas dan dikelilingi dengan karangan benang-benang tawas berwarna putih; pada bagian belakang didapati benang-benang tawas yang lebih panjang. Hama ini sering menyebabkan daun keriting, pucuk apikal tumbuh tidak normal (bengkok dan jarak antar ruas daun pendek). Hama ini biasanya akan menghilang pada musim hujan namun kerusakan yang terjadi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Hama kutu ini bersimbiosis dengan semut gramang (Plagiolepis longipes) dan semut hitam (Dolichoderus bituberculatus) yang sering memindahkan kutu dari satu tanaman ke tanaman lain. 
  • Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida nabati dan pemotongan bagian-bagian yang cacat dan hendaknya dilakukan pada awal musim penghujan.
k. Hama kupu putih (peloncat flatid putih
  • Umumnya menyerang tanaman jati muda. Dari kenampakannya, hama kupu putih yang menyerang jati ini sangat mirip dengan spesies flatid putih Anormenis chloris. Jenis serangga flatid jarang dilaporkan menyebabkan kerusakan ekonomis pada tanaman budidaya. Namun demikian, apabila populasinya tinggi dalam skala luas pada musim kemarau yang panjang akan memperbesar tekanan terhadap tanaman muda sehingga meningkatkan resiko mati pucuk. 
  • Pengendalian hama ini dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik melalui batang (bor/bacok oles) dan penyemprotan bagian bawah daun, ranting dan batang dengan Pestona / BVR.
l.  Hama kumbang bubuk basah (Xyleborus destruens) 
  • Atau kumbang ambrosia menyerang pada batang jati di daerah-daerah dengan kelembaban tinggi. Di daerah yang curah hujannya lebih dari 2000 mm per tahun, serangan hama ini dapat ditemukan sepanjang tahun. Gejala yang nampak berupa kulit batang berwarna coklat kehitaman akibat adanya lendir yang bercampur kotoran X. destruens. Serangan hama ini tidak mematikan pohon atau mengganggu pertumbuhan tetapi akibat saluran-saluran kecil melingkar pada batang akan menurunkan kualitas kayu. 
  • Pencegahan dilakukan dengan tidak menanam jati di daerah yang curah hujannya lebih dari 2000 mm per tahun. Menebang pohon-pohon yang diserang pada waktu penjarangan. Mengurangi kelembaban mikro tegakan, misalnya dengan mengurangi tumbuhan bawah dan melakukan penjarangan dengan baik.
    m.  Penyakit layu bakteri 
  • Dapat menyerang bibit maupun tanaman muda di lapangan (umur 1-5 tahun) yang dapat menyebabkan kematian. Gejalanya daun (layu, menggulung, mengering dan rontok), batang (layu dan mengering) serta bagian akar rusak. Pada kambium atau permukaan luar kayu gubal nampak garis-garis hitam membujur sepanjang batang.
  • Pengendaliannya dapat dilakukan secara biologis, kimiawi dan cara silvikultur. Cara biologi dan kimiawi baik untuk mengatasi serangan di persemaian, sedangkan untuk serangan pada tanaman di lapangan, maka cara silvikultur lebih efektif dan aman. Cara biologi dilakukan dengan menggunakan bakteri antagonis Pseudomonas fluorescens dan cara kimiawi menggunakan GLIO, yang disemprotkan ke seluruh permukaan tanaman dan sekitar perakaran. Cara silvikultur dilakukan dengan memperbaiki drainase lahan dan pengaturan jenis tumpang sari pada tanaman pokok jati.
n.   Hama Inger-Inger (Neotermes tectonae) 
  • Merupakan suatu golongan rayap tingkat rendah. Gejala kerusakan berupa pembengkakan pada batang, umumnya pada ketinggian antara 5-10 m, dengan jumlah pembengkakan dalam satu batang terdapat 1-6 lokasi dan menurunkan kualitas kayu. Waktu mulai hama menyerang sampai terlihat gejala memerlukan waktu 3-4 tahun, bahkan sampai 7 tahun. Serangan hama inger-inger umumnya pada lokasi tegakan yang memiliki kelembaban iklim mikro tinggi, seperti akibat tegakan yang terlalu rapat. 
  • Pencegahan dan Pengendalian dengan penjarangan yang sebaiknya dilakukan sebelum hujan pertama atau kira-kira bulan oktober guna mencegah penyebaransulung (kelompok hama inger-inger yang mengadakan perkawinan).
  • Secara biologi hama ini mempunyai musuh alami seperti burung pelatuk, kelelawar, tokek, lipan, kepik buas, cicak, dan katak pohon. Karena itu keberadaan predator-predator tersebut harus dijaga di hutan jati.



Webside Produk Nasa:
www.nasa009.blogspot.com
Webside Budidaya & Kesehatan:
www.budidaya009.blogspot.com
Telp/sms : 085640035382 / 081226039399 / 087833727058 / 089668498383


Demikianlah Artikel TEKNIK BUDIDAYA JATI

Sekianlah artikel TEKNIK BUDIDAYA JATI kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel TEKNIK BUDIDAYA JATI dengan alamat link https://contoh-definisi-pengertian.blogspot.com/2014/05/teknik-budidaya-jati.html